Search

Selasa, 05 Juni 2012

Nilai Filsafat : Bertrand Russell

Nilai Filsafat : Bertrand Russell

Menggambarkan “orang praktis” menurut Russell .
         Bagi Russell orang praktis adalah orang yang hanya mementingkan hal material. Dalam hal ini mereka tidak sibuk dengan keadaan orang lain, tidak ada kepedulian terhadap nasib dan kebutuhan orang lain Orang praktis tertarik pada orang lain sejauh kemampuannya untuk memberikan sesuatu pada orang tersebut dan tidak lebih. Dapat disimpulkan bahwa mereka bersahabat dengan orang lain jika memberikan manfaat atau berguna bagi dirinya. Dengan kata lain persahabatan utilitas. Dalam hal berpikir, orang praktis lebih tertarik pada jawaban daripada proses dan hasil daripada proses.  Akibatnya, gagasan mereka kabur dan sulit dipertanggungjawabkan.
Mengapa orang tidak memilih hidup sebagai orang praktis?
Ketika melihat gambaran orang praktis pada nonor satu, wajar kalau orang tidak memilih hidup sebagai orang praktis.  Orang yang praktis tidak mengenali kebenaran dasar tentang kehidupan sehari-hari karena cara berpikir yang tidak realistis. Kadang apa yang nyata dan tampak tidak diakui oleh logika atau alasan mereka. Sebagaimana dalam penjelasan di atas orang yang praktis sering tidak melihat dunia dan orang-orang di dalamnya karena kecenderungan memperhatikan diri sendiri.
 Apa tujuan filsafat?
Pertama-tama Russell melihat hubungan antara sains dan filsafat di masa lalu. Pada mulanya orang bersifsafat, mencari kebenaran dari sesuatu. Dari pencarian dan penemuan itu munculah sejumlah ilmu pengetahuan. Segera setelah pemahaman orang tentang pengetahuan sudah jelas, orang bisa mengolah masalah apa saja dan bahkan mengubah suatu yang mungkin menjadi tidak mungkin. Di sini tampaklah gambaran bahwa orang-orang telah terampil. Itulah yang dinamakan peralihan dari filsafat sebagai subyek awal ke ilmu pengetahuan atau ilmu. Jadi, filsafat bertujuan menyediakan atau membuka jalan bagi muncul dan berkembangnya pengetahuan atau pengetahuan yang lahir dari penyelidikan filosofis.
 Dengan pertanyaan jenis apa sebuah kesepakatan filsafat terjadi?
            Apakah unsur-unsur alam semesta memiliki kesatuan rencana dan tujuan? Apakah ada hal yang permanen dari alam semesta? Apakah ada perkembangan tidak terbatas dalam kebijaksanaan? Apakah baik dan jahat itu subyektif? Itu merupakan sejumlah pertanyaan yang bisa menemukan kesepakatan filsafat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut filsafat memiliki divisi utama yaitu ontologi (ilmu tentang apa yang benar-benar nyata), epistemologi (studi tentang pengetahuan, ruang lingkup dan batas), aksiologi (studi tentang nilai-nilai), etika (studi tentang apa yang baik) dan estetika (studi tentang apa yang indah). Dengan demikian masalah seputar filsafat dapat ditemukan jawabannya.
Menurut Russell, mana nilai utama dari kebohongan filsafat?
Bagi Filsafat tidak ada kepastian mutlak. Filsafat selalu mengatakan dugaan atas sesuatu yang fakta. Terus mencari sesuatu tetapi tidak menemukan hasil yang pasti. Filsafat hanya menambah jumlah kemungkinan akan keberadaan sesuatu. Itulah kebohongan filsafat. Nilai utamanya adalah kebesaran orang yang menerenungkan tentang sesuatu seperti epistemologi kebenaran, ontologi kenyataan, etika yang baik, dan estetika yang indah.
 Menggambarkan orang yang naluriah.
            Orang yang hidup menurut naluriah adalah orang yang memenjarakan dirinya sendiri. Artinya, dalam bertindak tidak menggunakan akal budinya sebelum aksi. Dapat dikatakan bertindak seperti binatang. Selain itu, orang naluriah juga tidak memikirkan apa yang ada di luar kemampuannya sehingga tampak memaksakan diri dalam melakukan sesuatu. Dengan demikian, orang yang naluriah merapuhkan dirinya.    
Apa perbedaan antara pembesaran diri dan penegasan diri, antara diri dan bukan diri?
            Pembesaran diri adalah  suatu usaha melepaskan diri dari lingkaran naluriah. Pembesaran diri paling baik dicapai jika langsung dicari dan itui diperoleh melalui ilmu pengetahuan dan studi. Sedangkan penegasan diri adalah usaha untuk menunjukkan keaslian diri. Bagi Russell, untuk mendefinisikan diri  sendiri harus ada kemandirian dalam diri. Artinya, diri sendirilah yang mengartikan diri sendiri. Jadi, sesuatu yang dikatakan orang lain tentang diri adalah bukan diri. Dengan demikian bukan diri adalah sesuatu yang dikatakan orang lain tentang diri.
Dunia sangat mirip dengan diri kita.
Apa hubungan filsafat dengan  dunia aksi dan keadilan? Dapatkah memberikan contoh dari seorang individu yang begitu peduli?
Kunci untuk pertanyaan ini adalah "kontemplasi tidak memihak." Artinya mengambil sisi sesuai dogma, bertindak sesuai norma yang ada. Pikiran filosofis terbuka dan tidak menghakimi. Orang seperti itu tidak mengubah pendapat demi kesenangan orang lain atau sesuai dengan apa yang orang lain inginkan. Kepedulian seseorang pada kehidupan orang lain menjadi kepedulian yang tidak memihak atau berat sebelah. Hubungan antara filsafat dengan aksi dan keadilan dapat ditarik dari pernyataan di atas bahwa filsafat membantu orang bertindak dengan baik sesuai kebenaran sehingga tujuan akan kebahagiaan terwujud. Contoh orang peduli, adalah orang yang mengekspresikan seluruh bakatnya dalam memperjuangkan hidup di masyarakat. Dalam hal ini, seluruh kemampuannya digunakan demi kepentingan masyarakat untuk tercapainya hidup yang harmonis.  Contoh ini menggambarkan manusia yang sadar akan keberadaannya sebagai makhluk sosial yang selalu ada bersama orang lain dalam kehidupan ini. Selain itu, hal tersebut juga melukiskan bahwa manusia menyadari bahwa sesama berarti baginya.

Sumber : Russell, Bertrand. “The Value Of Philoshopy.”

Tidak ada komentar: