Search

Kamis, 07 Juni 2012

Contoh Katekese ANSOS

 “AKU” Peduli dengan Alam
Pemikiran dasar

Tidak dapat disangkal bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa alam disekitarnya. Indonesia sebagai Negara yang terdiri dari berbagai pulau dan memiliki bermiliaran kekayaan alam di dalamnya juga harus diakui. Akan tetapi, dari waktu ke waktu keindahan dan kekayaan alam yang diagungkan terus memudar. Memudarnya sebagian kekayaan dan keindahan alam di negara Indonesia tidak bisa lepas dari sikap dan tindakan manusia sendiri. Cukup banyak pribadi di Indonesia yang dengan semena-mena memperlakukan alam di sekitarnya. Kesadaran akan penting dan manfaat alam itu masih kurang tertanam dalam setiap pribadi di Indonesia. Orang masih kuat dengan egonya sendiri sehingga melupakan kepentingan dan kebaikan bersama. Masalah pengrusakan alam yang sering terjadi di Indonesia adalah pembabatan hutan secara liar dan eksploitasi kekayaan alam melalui pertambangan. Masalah-masalah tersebut menggambarkan sikap manusia yang tidak peduli dengan lingkungan hidup.
Berhadapan dengan kenyataan tersebut, usaha pelestarian alam perlu mendapat perhatian serius. Sebagai orang yang beriman Katolik, usaha melestarikan lingkungan hidup mesti lahir atau tumbuh dari kesadaran bahwa Allah telah menciptakan dunia ini baik adanya dan manusia diberi tugas untuk merawatnya (Kej 1: 1-31). Dalam hal ini, manusia tidak boleh menganggap alam sebagai miliknya belaka, sehingga berlaku semena-mena atasnya. Manusia harus sadar bahwa Allah menciptakan dunia ini untuk semua umat manusia dari generasi ke genarasi. Dengan kata lain, manusia yang hidup di zaman ini mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan hidup agar generasi berikutnya masih bisa merasakan dan menikmatinya.
Melihat realitas pengrusakan lingkungan hidup yang semakin semarak dan tanggung jawab kita sebagai umat beriman untuk menjaganya, sebenarnya kita sedang berada dalam posisi ditantang. Apakah kita tetap membiarkan pengrusakan tersebut? Apakah kita segera mengambil tindakan untuk melindunginya? Tentu kita memilih untuk melindungi dan peduli dengan lingkungan hidup. Pilihan itu bukan demi kepentingan pribadi, melainkan demi tugas dan tanggung jawab kita sebagai perpanjangan tangan Allah untuk merawat alam. Akan tetapi, mungkin saat ini kita sedang tertidur, terlena, dan kurang sadar akan panggilan mulia dari Allah itu. Oleh karena itu, katekese sebagai komunikasi iman membantu umat beriman untuk bangun dari tidurnya, untuk sadar kembali akan tugas dan tanggung jawabnya. Katekese setidaknya mampu menumbuhkembangkan kesadaran umat beriman untuk peduli dan secara bersama-sama melestarikan lingkungan hidup.
Tujuan:
Dengan mendalami tema ini, peserta katekese diharapkan;
·         Menyadari panggilannya sebagai ciptaan Allah untuk ikut serta menjaga kelsetarian alam.
·         Menumbuhkan sikap peduli terhadap alam dan berbagai masalah yang terjadi atasnya.
·         Mengambil langkah-langkah konkrit dalam hidup bermasyarakat sebagai perwujudan sika peduli terhadap alam.
Peserta : Kelompok Orang Muda Katolik yang bergerak dalam bidang Kelestarian  Alam (Paroki Hati Kudus Kramat, Jakarta).
Tempat :  Aula Paroki
Waktu   :  Pukul 18.00 WIB-sampai selesai
Sarana  :         - Film (Tambang Emas di Tanah Merah, Pesanggaran-Banyuwangi)
                        - LCD (fokus)
Sumber bahan:
- Alkitab (Kitab Suci Perjanjian Lama, Kej 1: 11-13; 24-31)
- Diktat Kuliah Katekese
- Majalah Gita Sang Surya terbitan JPIC OFM
 Proses Katekese ANSOS
1.       1. Pembukaan
1.1.   Pengantar
Saudara-saudari sekalian yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita selayaknya bersyukur dan berterima kasih atas berkat dan rahmat Allah, yang memperkenankan kita berkumpul bersama di tempat ini untuk merenungkan karya-Nya yang agung bagi umat manusia. Namun, sebelum melanjutkan acara kita, marilah kita mengawalinya dengan lagu pembukaan.
1.2.    Lagu pembukaan (Tuhan Sumber Gembiraku, Madah Bakti no.477)
Tuhan Sumber Gembiraku
Reff:    Semua bunga ikut bernyanyi, gembira hatiku
Segala rumput pun riang ria
Tuhan sumber gembiraku
Ayat:   Semua jalan di dunia, menuntunmu ke surga
Desiran angin nan mesra, mengayunmu ke surga (reff)
Semua pematang sawah, menanti telapakmu
Derita ria bersama, meringankan langkahmu (reff)
1.3.      Doa pembuka
Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, terima kasih atas rahmat yang telah Kau curahkan ke dalam hidup kami. Berkat rahmat-Mu itu, kami masih Kau perkenankan berkumpul bersama di tempat ini. Terima kasih juga ya Bapa atas alam yang indah, yag telah Kau berikan kepada kami. Kini kami akan merenungkan pengalaman sebagai umat Allah, mengenai relasi dengan alam, yang telah Kau percayakan kepada kami untuk menjaganya. Oleh karena itu ya Bapa, hadirlah dalam diri kami pada kesempatan ini, agar segala sesuatu yang dibicarakan saat ini Kau berkati dan berguna bagi kehidupan kami masing-masing, juga bagi semua orang. Demi Yesus Kristus Putera-Mu, Tuhan, dan pengantara kami. Amin.



2.      Pengembangan langkah-langkah Katekese ANSOS
2.1.   Langkah I: Memperlihatkan realitas kerusakan alam
2.1.1.   Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih, tema yang kita renungkan pada kesempatan ini berbicara mengenai relasi ‘Aku’ atau seseorang dengan alam di sekitarnya.  Untuk memperdalam tema itu, kita akan menonton sebuah film singkat yang berjudul, “Tambang Emas di Tanah Merah, Banyuwangi”. (Peserta diminta menyaksikan tayangan itu dengan baik).
2.1.2.   Penceritaan kembali
(Setelah menonton film tersebut, peserta diminta menceritakan kembali sesuatu yang terungkap dalam film singkat tersebut, cukup1 orang)
Ringkasan film:
Film tadi menceritakan eksplorasi tambang di daerah Tanah Merah, Pesanggaran-Banyuwangi. Eksplorasi tambang itu tepatnya di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu, yang dilakukan oleh PT. Indo Multi Niaga (IMN). Masyarakat di sekitarnya menolak eksplorasi tambang tersebut. Mereka menolak karena merasa didirugikan dan dipermainkan oleh kebijakan yang tidak adil. Bagi warga, usaha penambangan tersebut hanya akan menguntungkan kaum bermodal (orang kaya) dan akan mengganggu ketenteraman masyarakat. Selain itu, wagra juga semakin tidak setuju karena PT. Indo Multi Niaga itu didanai oleh investor asing.
Agar keluar dari masalah tersebut, warga setempat mengadakan musyawarah di balai Dusun Panser. Dalam musyawarah itu mereka menghadirkan Nursyahbani Katjasungkana, S.H (anggota Komisi III DPR-RI). Ternyata, dalam musyawarah itu banyak masyarakat yang mengeluh akan kondisi sosial ekonomi mereka jika eksplorasi tambang itu tidak dihentikan. Dusun yang paling dekat dengan lokasi eksplorasi penambangan adalah Dusun Ringinagung. Sebagian besar mata pencaharian warga bergantung pada Hutan Lindung Tumpang Pitu, yaitu pertanian dan peternakan. Selain mengancam mata pencaharian penduduk, eksplosasi penambangan emas itu juga akan mencemari air sungai yang mengalir dalam wilayah tersebut, khususnya sungai Kalibaru dan Sungai Gonggo, di mana masyarakat selalu menggunakan air itu untuk pengairan sawah, tempat minuman ternak, tempat cuci pakaian, dan juga tempat mandi. Akhirnya warga juga mengeluh bahwa “PT. Indo Multi Niaga itu juga belum pernah mengadakan sosialisasi langsung dengan masyarakat. Mereka hanya mengadakan sosialisasi dengan pemerintah daerah,” tutur Susongko, kades Pesanggaran.
Mereka semua mengharapkan agar pemerintah bisa mengambil posisi tegas untuk membatalkan eksplorasi tambang itu. Juga diharapkan agar pengambilan kebijakkan sebaiknya memperhitungkan kebaikan dan ketenteraman banyak orang, khususnya masyakatat kecil.
2.1.3. Setelah mendengar penceritaan kembali film tersebut, fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada peserta.
a.       Apa reaksi spontan Anda ketika menonton film tadi?
b.      Apa yang Anda saksikan dalam film tersebut? Masalah apa sebenarnya yang sedang terjadi?
c.       Apa alasan mendasar yang memunculkan persoalan tersebut?
d.      Siapa yang mesti bertanggungjawab terhadap persoalan tersebut?
2.1.4.      Rangkuman
(Setelah peserta mengajukan jawaban-jawaban mereka, fasilitator menyimpulkannya)
Saudara-saudari, setelah kita menonton film tersebut, mungkin ada dari kita yang merasa marah dengan kebijakan pemerintah, mungkin ada yang sedih dengan keadaan masyarakat, mungkin ada yang sangat menyayangkan keindahan Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu jika eksplorasi tambang tidak dihentikan. Intinya, pasti banyak reaksi yang timbul dalam diri saudara-saudari semua, sebagimana yang telah disharingkan tadi. Persoalan yang diperlihatkan dalam film tersebut merupakan fakta yang memang sedang terjadi di Indonesia. Kekayaan alam digerus oleh kediktatoran manusia.
Akan tetapi, film tersebut juga menampilkan gambaran, bagaimana kita harus bersikap dan bertindak atas alam yang sedang rusak ini. Film itu menampilkan tindakan masyarakat yang sadar akan pentingnya alam. Mereka sadar bahwa bukan mereka saja yang boleh menikmati keindahan alam itu, melainkan juga anak cucu mereka. Atas dasar kesadaran itu, mereka menolak eksplorasi tambang emas di daerah Pesanggaran-Banyuwangi itu.
Kesadaran itu bisa ditemukan dalam beberapa alasan penolakan mereka seperti kebijakan yang salah, keuntungan yang berat sebelah, dan alasan yang penting adalah mengganggu ketenteraman hidup sosial-ekonomi masyarakat. Agar keluar dari masalah tersebut, mereka mengadakan musyawarah. Sebuah contoh sikap yang baik dalam menghadapi masalah. Sekarang yang masih tersisa adalah tanggapan perintah atas penolakan masyarakat tersebut. Tanggapan pemerintah yang diharapkan tentunya berpihak pada masyakat dengan memberhentikan eksplorasi tambang emas oleh PT. Indo Multi Niaga. Jadi, poin penting bagi kita yang terungkap dari film tersebut adalah kesadaran akan sikap peduli dan bertanggung jawab atas kelestarian alam.
2.1.5.      Selingan
(Sebagai selingan peserta katekese diminta berdiri dan bersama-sama menyanyikan lagu, Lestari Alamku)
Lestari Alamku
Lestari alamku lestari desaku                          Damai saudaraku suburlah bumiku
Di mana Tuhanku menitipkan aku                  Kuingat ibuku dongengkan cerita
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama            Kisah tentang jaya nusantara lama
Nyanyikan pujaan untuk nusa                         Tentram kartaraharja di sana
Reff:
Mengapa tanahku rawan ini
Bukit-bukit telanjang berdiri
Pohon dan rumput enggan bersemi kembali
Burung-burung pun malu bernyanyi
Kuingin bukitku hijau kembali                        Lestari alamku lestari desaku
Semenung pun tak sabar menanti                   Di mana Tuhan ku menitipkan aku
Doakan kuucapkan hari demi hari                  Kamikan bernyanyi hibur lara hati
Kapankah hati ini kapan lagi                           Nyanyiknlah bait padamu negeri



2.2.      Langkah II: Belajar dari Kitab Suci (Kitab Kejadian 1: 11-13;24-31)
2.2.1. Pengantar
Saudara-saudara yang terkasih, masalah yang terungkap dalam film yang telah kita nonton merupakan salah satu dari sekian banyak masalah, yang meperlihatkan sikap dan tindakan manusia atas alam. Ada orang yang peduli dengan alamnya dan adanya yang tidak. Lantas, bagaimana sikap kita sebagai umat Katolik dalam menghadapi masalah seperti itu? Oleh karena itu, sekarang kita akan mendengarkan bacaan dari Kitab Suci yang membicarakan masalah itu.
2.2.2. Peserta diminta untuk membaca atau mendengarkan kutipan dari Kitab Suci
Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya
(Kej 1: 11-13; 24-31)
1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. 1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. 1:24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. 1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 1:29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian. 1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
2.2.3. Fasilitator mengajak peserta berbincang-bindcang mengenai bacaan tersebut. Beberapa pertanyaan penuntun yang bisa disampaikan:
1.      Apa kesan Anda setelah mendengar bacaan tersebut?
2.      Apa yang diperintahkan Allah kepada Anda melalui bacaan tersebut?
3.      Bagaimana kaitan antara bacaan itu dengan kisah dalam film dan situasi sekarang?
2.2.4. Setelah mendengar tanggapan peserta, fasilitaor merangkumnya agar peserta lebih dalam memahami teks.
Saudara-saudara yang terkasih, bacaan tadi memperlihatkan kepada kita bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi ini dari ketiadaan (kekosongan). Allah menciptakan langit dan bumi semata-mata karena belaskasihan-Nya. Menarik bahwa, dari semua ciptaan, Allah menjadikan manusia sebagai ciptaan yang istimewa karena diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya. Manusia menjadi ciptaan yang istimewa bukan tidak dengan satu maksud. Allah menjadikan manusia menurut rupa-Nya untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya di bumi. Untuk menjadi sarana atau alat-Nya di bumi. Untuk apa? Jelaslah bahwa Allah mengutus manusia untuk menularkan atau menebarkan kasih kepada semua makhluk. Salah satu perwujudan kasih itu adalah peduli dengan alam, melindungi alam, memperindah alam, dan mencintai alam, bukan sebaliknya merusak, menghancurkan alam. Jadi, Allah dalam bacaan tadi memerintahkan kepada manusia untuk menebarkan kasih-Nya kepada semua ciptaan, seperti mencintai alam, memperindah alam, dan melindungi alam.
Akan tetapi, manusia sekarang banyak yang salah mengartikan perintah Allah, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:28). Banyak manusia sekarang yang berkuasa atas alam bukan untuk membuat alam semakin baik, melainkan untuk merusak alam. Dalam hal ini sebenarnya yang menjadi persoalan adalah pemahaman manusia sebagai ciptaan istimewa seturut gambar dan rupa Allah sendiri. Nilai-nilai keagamaan belum tertanam sepenuhnya dalam diri mereka.
Saudara-sadauara yang terkasih, kiranya kita juga bisa melihat hubungan antara bacaan ini dengan kisah eksploitasi tambang di Pesanggaran-Banyuwangi. Kita memang tidak tahu apakah masyarakat di sekitar lingkar tambang di Pesanggaran-Banyuwangi itu beragama Katolik atau tidak. Akan tetapi, bukan soal mereka beragama apa yang mau kita lihat, melainkan bagaimana sikap dan posisi mereka terhadap alam. Dalam film sudah  diperlihatkan kepada kita sikap mereka terhadap alam, yaitu peduli. Kepedulian mereka berangkat dari kesadaran bahwa alam ini bukan milik mereka melainkan ciptaan Allah yang harus dilestarikan. Mereka juga sadar bahwa keindahan itu bukan dinikmati oleh generasi mereka saja, melainkan oleh semua generasi. Karena itu, mereka sadar akan tanggung jawab mereka untuk menjaganya agar anak cucu mereka di kemudian hari masih bisa merasakan alam yang indah. Dan sikap seperti inilah yang dituntut Allah dari kita sebagaimana ditegaskan dalam Kitab Suci tadi. Berkuasa atas alam tidak berarti menindas alam, tetapi melindungi dan melestarikan alam itu sebagai bagian dari tanggung jawab atas perutusan Allah sebagai perpanjangan tangan-Nya. Dengan kata lain, sikap dan posisi masyarakat Pesanggaran-Banyuwangi terhadap alam merupakan contoh bagaimana manusia harus bertindak terhadap alam.
Terlepas dari kisah penambangan itu, hal sederhana yang menggambarkan pengrusakan alam oleh manusia, seperti, membuang sampah di sembarangan tempat, merokok tidak pada tempatnya, atau membiarkan bunga menjadi kering-kerontang dalam pot di rumah kita. Masalah-masalah seperti itu menjadi gambaran awal sikap kepedulian kita terhadap alam. Pertanyaannya adalah apa yang yang harus kita lakukan berhadapan dengan kenyataan itu? Tentu yang diharapkan adalah kesadaran. Kesadaran akan panggilan kita sebagai anak Allah untuk merawat dan menjaga alam ini. Tidak perlu memikirkan hal yang muluk-muluk, cukup memulai dengan hal sederhana saja, seperti membuang sampah pada tempatnya, atau memperhatikan bunga yang layu dalam pot. Hal-hal kecil itu niscaya akan berkembang dan memotivasi kita untuk peduli terhadap alam.
2.3.      Langkah III: Menyusun aksi nyata agar peserta semakin peduli dengan alam
2.3.1. Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih, setelah merenungkan dan merefleksikan pengalaman akan sikap dan tindakan kita terhadap alam, dan juga telah dicerahkan oleh Kitab Suci sebagai dasar iman, sekarang kita diajak untuk menemukan aksi nyata kita sebagai ungkapan kepedulian terhadap alam. Aksi nyata yang kita wujudkan di tempat kita tinggal atau di rumah.
2.3.2. Fasilitator meminta peserta untuk mengungkapkan ide mereka sendiri.
2.3.3. Setelah peserta mengungkapkan idenya masing-masing, fasilitator memberikan beberapa masukkan tambahan.
Saudara-saudari yang terkasih, beberapa hal penting yang bisa kita wujudkan sebagai aksi nyata kepedulian terhadap alam adalah:
1.   Menumbuhkembangkan kesadaran dalam diri akan panggilan kita sebagai Anak Allah untuk menjaga dan melestarikan alam.
2.   Kesadaran itu diungkapkan dengan menjaga dan melestarikan alam di sekitar kita, seperti menanam bunga, menanam pohon, tidak merokok di sembarangan tempat, membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya.
3.   Untuk program jangka panjang, peserta juga bisa terlibat dalam aksi penolakan tambang  dan penolakan pembabatan hutan secara liar.
3. Penutup
3.1. Doa penutup
(Fasilitator meminta peserta untuk hening sejenak sambil mengungkapkan niat-niat mereka dalam hati. Kemudian fasilitator menutupnya dengan doa spontan).
            Allah bapa yang Mahabaik, terima kasih atas penyertaan-Mu selama permenungan kami. Banyak nilai yang kami ungkapkan, ada banyak niat yang hendak kami wajudkan dalam kehidupan sehari hari-hari sebagai ungkapan kepedulian terhadap alam dan permasalahannya. Kami mohon, berkat-Mu juga agar semuanya itu bisa terlaksana dengan baik. Demi Kristus, Tuhan, dan pengantara kami. Amin.

3.2. Lagu penutup (Gita Sang Surya)
(Peserta diminta untuk membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu Gita Sang Surya)
Gita Sang Surya
(St. Fransiskus Assisi)
Reff: Puji dan syukur pada Tuhan dan bakti pada-Nya s’lalu
Ayat:
Tuhan pemurah, penyayang pada-Mu puji dan hormat,
Hanya pada-Mu berkat limpah,
Kami memuji nama-Mu,
Bersama makhluk di Bumi, terpujilah dikau Tuhanku. (Reff)
Karna saudara sang surya, lambang-Mu yang memancarkan
Cahyanya pada sarwa makhluk.
Karna saudara kartika dan candra di cakrawala,
Udara mega dan cuaca. (Reff)
Karna sang ibu pertiwi, membri air dan makanan
Serba pala puspa yang mewah
Karna saudaraku Agni yang mulya dan murni,
Suluh bagi para musyafir. (Reff)





Tidak ada komentar: