Search

Kamis, 07 Juni 2012

Homili St. Ambrosius dan Praktik di Gereja Hati Kudus Kramat Mengenai Inisiasi Kristen: Sebuah Komparasi

Homili St. Ambrosius dan Praktik di Gereja Hati Kudus Kramat Mengenai Inisiasi Kristen: Sebuah Komparasi

1.   Pengantar

            Secara etimologis kata inisiasi berasal dari kata bahasa Latin “inire” yang berarti memasuki. Jadi, inisiasi berarti memasuki suatu kelompok, bergabung dengan suatu kelompok atau diterima sebagai anggota dalam suatu kelompok.[i] Bergabung dengan suatu kelompok tentu harus memenuhi kriteria atau syarat tertentu. Demikian juga jika dikatakan inisiasi Kristen, yaitu menjadi anggota Kristen harus memenuhi syarat tertentu yang diterima melalui latihan dan pengajaran. Tujuan inisiasi Kristen adalah agar seseorang menjadi Kristen.[ii] Tahap-tahap inisiasi Kristen tampak dalam penerimaan Sakramen Pembaptisan, Krisma, dan Ekaristi. Ketiga sakramen itu disebut sakramen inisiasi. Dengan ketiganya kita masuk ke dalam kehidupan Allah dan semakin mendekati kesempurnaan cinta-Nya.[iii]
            Tulisan ini akan membahas tahap-tahap inisiasi Kristen sebagaimana dipraktikan di Paroki Hati Kudus Kramat dan yang dikotbahkan oleh St. Ambrosius.  Bagian akhir  tulisan ini akan memuat komparasi antara keduanya.
2.   Inisiasi Kristen dalam praktik[iv]
            Secara umum praktik insisi di paroki Hati Kudus Kramat mengikuti pedoman umum perayaan inisiasi Gereja Indonesia tahun 1977, yaitu melewati tiga tahap dan empat masa. Tahap I adalah dari simpatisan menjadi katekumen, yaitu bila seorang simpatisan sungguh mau bertobat dan beriman, sehingga diterima oleh umat setempat dalam katekumenat. Dalam suatu upacara simpatisan tersebut dilantik menjadi katekumenat. Tahap II adalah katekumen menjadi calon baptis, yaitu bila iman seorang katekumen sudah berkembang sedemikian rupa, sehingga ia diijinkan menyiapkan diri akan sakramen-sakramen inisiasi. Dalam suatu upacara simpatisan tersebut dipilih menjadi calon baptis. Tahap III adalah calon baptis menjadi baptisan baru, yaitu bila persiapan terakhir sudah selesai dan calon itu diperkenankan menerima sakramen-sakramen inisiasi (pembaptisan, krisma, ekaristi) sehingga ia menjadi anggota penuh dalam Gereja. Sedangkan empat masa inisiasi adalah masa prakatekumenat, masa katekumenat, masa persiapan terakhir, dan masa pendalaman iman (mistagogi).
Masa prakatekumenat
            Tujuan masa prakatekumenat adalah menampung para simpatisan, menjernihkan motivasi mereka, dan memperkenalkan Kristus kepada mereka, sehingga mereka mulai bertobat dan beriman. Menjadi simpatisan tidak harus mengikuti “kursus,” tetapi bisa dilakukan melalui bimbingan guru agama Katolik di sekolah, suami atau isteri, tetangga, anggota Legio Maria, dan teman yang beragama Katolik. Pembimbing itu akan menjadi “penjamin” atau wali baptisnya nanti. Dalam bimbingan itu diadakan pembacaan Kitab Suci bersama, doa bersama, pembacaan mengenai iman Kristen, dan bisa juga memperkenalkan simpatisan dengan umat setempat.[v] Lamanya masa prakatekumenat tidak ditentukan, tergantung pada perkembangan para simpatisan. Masa prakatekumenat  ditutup dengan upacara pelantikan katekumen.
Masa katekumenanat
            Masa katekumenat dimulai dengan pelantikan calon katekumen. Upacara pelantikan tersebut tidak harus di Gereja dan oleh pastor, tetapi bisa dilakukan di lingkungan dan oleh pemuka umat setempat. Setelah dilantik seorang katekumen “sudah berhubungan dengan Gereja, bahkan sudah termasuk dalam keluarga Kristus” (LG 14). Para katekumen pun menjalani pembinaan menyeluruh mengenai menjadi seorang Kristen, baik melalui katekese, perayaan liturgi, maupun melalui latihan-latihan lain utuk menanamkan sikap Kristen dan mengintegrasikan mereka dalam umat.[vi] Oleh karena itu, masa katekumenat berlangsung lama, biasanya satu tahun. Mereka tidak diajarkan untuk sekadar memperoleh ilmu atau menghafal doa-doa, tetapi dibina untuk menginternalisasikan ilmu-ilmu dan doa-doa itu dalam keseharian hidup mereka. Masa katekumenat ini berakhir dengan pemilihan calon baptis.
Masa Persiapan Terakhir
            Masa ini disebut juga masa penyucian atau penerangan. Masa persiapan terakhir berlangsung selama masa Prapaskah, di mana calon baptis disiapkan di tengah-tengah umat untuk menerima sakramen-sakramen inisiasi pada malam paskah. Pembinaan iman lebih diarahkan pada sakramen-sakramen yang akan diterima, yaitu Baptis, Krisma, dan Ekaristi. Melalui ketiga sakramen tersebut seorang meninggalkan hidup lama dan mengenakan hidup baru dan diangkat menjadi anak-anak Allah. Selain itu, diadakan juga upacara-upacara tobat dan upacara-upacara penyerahan calon baptis. Di paroki Hati Kudus Kramat memang diharapkan agar ketiga sakramen inisiasi bisa dirayakan secara bersamaan. Akan tetapi, dalam praktiknya sakramen Krisma dirayakan pada akhir masa mistagogi. Demikian juga halnya dengan sakramen baptis, harapannya terjadi pada malam paskah, tetapi atas pertimbangan tertentu upacara baptis terjadi pada pagi hari, hari Sabtu Suci. Setelah dibaptis, para baptisan baru harus dicatat dalam buku baptis, bersama dengan tanggal dan tempat, serta nama orang yang membaptis mereka.
Masa pendalaman iman (mistagogi)
            Masa mistagogi merupakan akhir dari inisiasi Kristen. Tujuan masa mistagogi adalah agar para baptisan baru masih mendapat perhatian khusus selama beberapa minggu sampai mereka benar-benar merasa biasa dengan umat setempat. Pendalam iman dalam masa ini sebagaimana dipraktikkan di Paroki Hati Kudus Kramat berupa, renungan Sabda Allah, perayaan sakramen-sakramen, dan pergaulan dengan umat Katolik.
3.   Inisiasi dalam homili St. Ambrosius[vii]
St. Ambrosius dalam kotbahnya tidak secara terperinci membagi tahap dan masa inisiasi Kristen. Akan tetapi, berdasarkan isi kotbah dan tradisi yang berkembang pada zamannya, serta uraian dari Edward Yarnold[viii] penulis membagi homili St. Ambrosius mengenai inisiasi Kristen dalam empat masa, yaitu prakatekumenat, katekumenat, perayaan inisiasi, dan mistagogi.

Prakatekumenat
            Pada masa ini seorang simpatisan ditandatangani oleh tanda salib dan garam, diberkati oleh penumpangan tangan, dan melakukan pengusiran setan. Tanda salib mendorong simpatisan untuk percaya bahwa Yesus disalibkan untuk semua orang. Tanda salib itu juga hendak menunjukkan bahwa ia milik Kristus. Penggunaan garam bertujuan untuk memberikan kekuatan pada simpatisan dalam berbakti kepada Allah. Penumpangan tangan berarti seorang simpatisan dipersembahkan pada Allah dan ia diberkati. Pengusiran setan berangkat dari anggapan bahwa sebelum seseorang percaya Tuhan, tubuhnya dicemari oleh banyak kuasa jahat. Hal pokok yang hendak dituju pada masa prakatekumenat adalah simpatisan bisa beriman. St. Ambrosius mengatakan, “Bagi umat Kristen iman itu sangat penting dan menjadi nomor satu. Seorang dibaptis, ia dipanggil untuk percaya dan beriman.”  
Katekumenat
            Masa Katekumenat biasanya berlangsung lama karena harus mempersiapkan diri secara matang. Hal itu berkaitan dengan anggpan bahwa baptisan mempunyai kekuatan untuk menghapus dosa. Akibatnya, banyak orang menjadi takut untuk  segera dibaptis karena takut berbuat dosa lagi. St. Ambrosius sendiri sebelum dipilih menjadi uskup Milan belum dibaptis. [ix]
            Hal-hal yang dilakukan pada masa katekumenat adalah The opening (The Ephphatah/ terbukalah) dilakukan di mana uskup menyentuh telinga dan pangkal hidung (nostril) seorang simpatisan. Tindakan uskup tersebut mengingatkan manusia (simpatisan) akan perkataan Yesus Kristus pada seorang yang bisu dan tuli, “Terbukalah” (Mrk 7:34). Makna lainnya adalah dalam beriman dan berdevosi secara penuh, simpatisan menerima keharuman termanis (sweet fragrance) dari Allah. Setelahnya, simpatisan diurapi dengan minyak. Bagi St. Ambrosius, pengurapan dengan minyak memberi semangat kepada simpatisan dalam mempersiapkan diri bersatu dengan Yesus Kristus, yang adalah kekuatan bagi dunia dan surga nanti. Agar tujuan itu tercapai, simpatisan mesti melakukan penolakan atas dosa; menolak setan dengan segala cara kerjanya dan menolak dunia dengan segala kesenangannya. Keyakinan tersebut diusahakan agar tetap melekat dalam hati.
            Selain berbagai upacara tersebut, simpatisan juga diajarkan beberapa hal, yaitu makna simbol air, doa atas air, kehadiran Allah Tritunggal dalam baptisan, dan efek baptisan. St. Ambrosius menasihati agar ingat peristiwa Naaman dari Siria yang disembuhkan oleh Nabi Elisa hanya dengan mandi tujuh kali di di sungai Yordan (2Raj 5: 1-14). Melalui peristiwa Naaman tersebut St. Ambrosius hendak menegaskan bahwa “Yang Tak Kelihatan” memiliki kekuatan yang lebih besar. Melalui cerita Naaman tersebut, St. Ambrosius hendak menegaskan bahwa air baptis lambang penghapusan dosa dan  perubahan hidup; dari kesalahan kepada rahmat, dari keburukan kepada kekudusan. Akan tetapi, tidak semua air memiliki kekuatan seperti itu, hanya air yang telah diberkati oleh rahmat Allah, yaitu Allah Tritunggal. Di sini, St. Ambrosius hendak mengatakan makna dari doa atas air dan kehadiran Allah Tritunggal dalam baptisan.
Perayaan Inisiasi
            Setelah seorang menjalani masa Katekumenat dan telah menyiapkan diri secara matang, ia segera masuk dalam tahap selanjutnya, yaitu menerima sakramen-sakramen inisiasi (Baptis, Krisma, dan Ekaristi). Dalam upacara baptis, seorang calon ditanya dengan sejumlah pertanyaan mengenai kepercayaan akan Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus karena ia dibaptis dalam nama ketiga diri tersebut (Allah Tritunggal). Hal tersebut menurut St. Ambrosius  sesuai dengan perintah Yesus Kristus sendiri, “Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28: 19). Setelahnya, seorang baptisan diurapi dengan Minyak Krisma sebagai tanda bahwa ia diantar ke kehidupan kekal atau diundang untuk lebih memilih kehidupan surgawi dari pada kehidupan di dunia ini. Seorang baptisan juga dibasuh kakinya oleh uskup. Hal itu sebagai perintah kepada baptisan baru agar melakukan karya pelayanan dengan rendah hati sesuai dengan pesan Yesus, “Sebab Aku telah memberikan teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13: 15).  Akhirnya, seorang yang telah dibaptis dan diurapi dengan Minyak Krisma diijinkan untuk terlibat dalam perayaan Ekaristi (menerima komuni).
Mistagogi
            Masa pendalaman iman atau mistagogi merupakan masa yang sangat penting bagi St. Ambrosius. Segala upacara dan pengajaran selama masa prakatekumenat, katekumenat, dan dalam peerayaan inisiasi dijelaskan kembali maknanya dalam masa mistagogi. Hal itu dengan tujuan agar iman seseorang benar-benar matang dan tidak sekadar mengikuti ritual-ritual yang ditetapkan Gereja, tetapi menghayati semuanya itu dalam hidup sehari-hari. Beberapa hal yang perlu ditegaskan lagi menurut homili St. Ambrosius adalah pakaian baptis, hubungan Allah orang Kristen dan orang Israel, roti dan anggur yang ditransformasikan, doa-doa dalam perayaan Ekaristi (Epiklesi, Anamnesis, dll), air dan anggur, komuni suci, keilahian Kristus, Trinitas, dan cara berdoa yang benar.
            Ditegaskan oleh St. Ambrosius bahwa penggunaan pakaian putih dalam baptisan adalah lambang kepolosan masuk dalam suatu kehidupan baru bersama Kristus. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa misteri Kristiani memiliki kelebihan daripada misteri orang Yahudi (Israel). Allah dalam pemahaman orang Yahudi (Israel) adalah Allah yang terbatas, yaitu hanya kepada bangsa Israel saja. Tokoh perantaraan mereka dengan Allah adalah manusia biasa, yaitu Musa. Sedangkan Allah dalam misteri Kristiani adalah Allah yang universal. Allah tersebut mewahyukan diri-Nya dalam Yesus Kristus yang lahir dari seorang perawan, yaitu Maria (Luk 1:26-37). Yesus lahir menjadi manusia (inkarnasi), hidup, menderita sengsara, wafat, dibangkitkan, dan akan datang kembali. Melawan Arius, St. Ambrosius menegaskan bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia dan sehakikat dengan Bapa. Agar tidak terjebak dalam pemahaman keliru mengenai Allah Tritunggal, maka perlu adanya pengajaran mengenai Trinitas.
            Berkaitan dengan komuni suci, St. Ambrosius menegaskan bahwa dalam komuni kita benar-benar menerima Tubuh dan Darah Kristus. Sebelum dikonsekrasi, roti dan anggur itu adalah roti dan anggur biasa dan setelah dikonsekrasi roti dan anggur tersebut berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Memang selalu dikatakan roti dan anggur, tetapi dalam piala sebenarnya ada air dan anggur. Mengapa ada air bukan anggur saja? St. Ambrosius mengajak umatnya untuk ingat peristiwa ketika lambung Yesus ditusuk oleh kepala pasukan. Dari lambung Yesus keluar air dan darah (Yoh 19:34). Air itu untuk membersihkan dan darah untuk menebus. Tidak hanya komuni ditegaskan tetapi seluruh perayaan ekaristi, khususnya doa-doa selama perayaan ekaristi berlangsung.
4.      Kotbah St. Ambrosius dengan Praktik di Gereja Hati Kudus Kramat Mengenai Inisiasi Kristen: Sebuah Komparasi
            Setelah membaca, menganalisis dan membuat komparasi antara praktik di Paroki Hati Kudus Kramat dan homili St. Ambrosius mengenai inisiasi Kristiani,  penulis menemukan beberapa hal berikut:
1.      Praktik di Paroki Hari Kudus Kramat memiliki kaitan dengan homili St. Ambrosius mengenai masa-masa inisiasi, yaitu Prakatekumenat, Katekumenat, Persiapan Terakhir, dan Mistagogi. Walaupun demikian, St. Ambrosius sebenarnya tidak menyebutkan secara langsung masa-masa inisisi tersebut.  Hal itu berbeda dengan praktik di Paroki Hati Kudus Kramat yang telah memiliki pedoman yang baku dalam buku yang dikeluarkan oleh PWI-Liturgi Indonesia.
2.   Tampaknya, ada beberapa hal yang diajarkan oleh St. Ambrosius, yang setelah diteliti secara mendalam mesti ditinggalkan. Akibatnya, tidak semua hal yang diajarkan oleh St. Ambrosius dalam homilinya dipraktikkan di Paroki Hati Kudus Kramat. Misalnya, pada masa Praketekumenat, menurut St. Ambrosias perlu adanya penumpangan tangan, pengurapan dengan minyak dan garam, dan penolakan setan. Dalam praktik di Paroki Hati Kudus, unsur-unsur tersebut tidak tampak. Dalam arti, seseorang yang berada dalam masa prakatekumenat  hanya dibimbing oleh seorang pembimbing.  Walaupun demikian, tujuan yang ingin dicapai selama masa prakatekumenat sebenarnya tetap sama, yaitu menghantar orang untuk mengenal dan beriman pada Kristus. Penulis juga melihat bahwa meskipun St. Ambrosius sangat menekankan pembinaan lanjutan (mistagogi), tetapi dengan tuntutan-tuntutan yang ditegaskannya pada masa prakatekumenat sebenarnya  seseorang sudah dipersiapkan sejak awal secara matang. Oleh karena itu, tuntutan-tuntutan yang mesti dilakukan adalah sangat penting bagi perkembangan iman katekumen selanjutnya.
3.      Tampak dengan sangat jelas bahwa pembinaan inisiasi di Paroki Hati Kudus Kramat lebih fokus pada masa Katekumenat. Pada masa katekumenat, pokok-pokok iman Kristiani diajarkan semuanya kepada para katekumen. Sedangkan St. Ambrosius lebih menekankan pembinaan pada masa Mistagogi.  Penulis melihat bahwa perbedaan tersebut memiliki alasan dan tujuan tersendiri. Menekankan masa Katekumenat hendak mengantisipasi agar seseorang yang menerima sakramen inisiasi tidak kaget dengan sesuatu yang baru; sesuatu yang dilihat atau diterimanya. Menekankan masa Mistagogi mengantisipasi agar seorang yang telah mengikuti berbagai perayaan atau ritus dan pengajaran mengenai iman Kristen tidak meresapkan semuanya dalam tindakan nyata hidup sehari-hari.
4.   St. Ambrosius berusaha mengkaitkan masa yang satu dengan lainnya. Hal itu tampak dalam setiap pembukaan homilinya, yaitu selalu mengulangi berbagai pengajaran yang telah diajarkan sebelumnya. Cara St. Ambrosius itu sangat baik sekali agar orang tidak cepat lupa akan sesuatu yang telah diajarkan; juga membantu orang untuk terus mengembangkan imannya. Sementara dalam praktik di Paroki Hati Kudus Kramat, hubungana antara suatu masa dengan masa lainnya tidak tampak secara jelas. Bagi penulis ini merupakan tantangan bagi masa depan Gereja, mengingat adanya kenyataan bahwa semakin banyak orang Kristen yang telah berpindah agama.
                                                        
Daftar Pustaka
Bekker , A. Ajaran Iman Katolik. Jilid 1.2. Yogyakarata: Kanisius, 1998.
Tarigan, Jacobus. Ritus Kehidupan. Jakarta: Cahaya Pineleng, 2011.
Wellem, F.D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Yernold, Edward. The Awe-Inspiring Rites of Initiation: The Origins of the RCIA. Great Britian: Cromwell Press, 1994.

PWI-Liturgi. Inisiasi Kristen. Ende: Arnoldus,1977.
http://montrealccc.info/2012/05/the-awe-inspiring-rites-of-initiation/.



[i] PWI-Liturgi, Inisiasi Kristen (Ende: Arnoldus,1977),  hlm. 7.
[ii] PWI-Liturgi,  hlm. 8.
[iii] Jacobus Tarigan, Ritus Kehidupan (Jakarta: Cahaya Pineleng, 2011), hlm. 33.
[iv] Disarikan dari buku Inisiasi Kristen dan Ajaran Iman Katolik.
[v] PWI-Liturgi,  hlm. 17.
[vi] Pokok-pokok materi pembinaan katekumen di Paroki Hati Kudus Kramat, yaitu Wahyu Allah di dalam Kitab Kejadian, Manusia jatuh ke dalam dosa, Allah memanggil Abraham, Ishak, dan Yakub, Yusuf penyelamat kelaurga,  Pembebasan Israel, Kembali ke tanah terjanji, Israel menetap di Kanaan, Keruntuhan Kerajaan Israel, Kembali dari pembuangan di Babel, Kabar Gembira Perjanjian Baru, Peristiwa-peristiwa menjelang kelahiran Yesus, Kelahiran Yesus dan masa kanak-kanak-Nya, Kehidupan Yesus di depan umum, Mengenal Yesus, Yesus guru dan nabi, Yesus bergaul dengan segala lapisan masyarakat, Yesus dan doa, Dialah Kristus-Mesias, Yesus sang penebus, Pemberitaan sengsara Yesus, Sengsara dan wafat Yesus, Kebangkitan dan kenaikan ke surga, Yesus: Allah Manusia, peristiwa Pentekosta, Persekutuan Yesus yang Mulia dengan Gereja, Arti dan peranan sakramen-sakramen, Yesus Kristus sakramen bagi Gereja, Gereja sebagai sakramen umum, Sakramen Permandian, Sakramen Krisma, Sakramen Ekaristi, Ssakramen Tobat, Sakramen Imamat, Sakramen Pernikahan, Cara hidup orang Kristen, Hidup membiara, Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Kematian dan pengadilan pribadi, Parousia dan Pengadilan Terakhir, Kehidupan Kekal, Maria Bunda orang beriman, Tritunggal Mahakudus. Ke-42 tema tersebut berdasarkan buku pegangan karangan A. Bekker, Ajaran Iman Katolik, jilid 1 dan 2 (Yogyakarata: Kanisius, 1998).

[vii] Edward Yernold, The Awe-Inspiring Rites of Initiation: The Origins of the RCIA (Great Britian: Cromwell Press, 1994), pp. 98-149.

[viii] http://montrealccc.info/2012/05/the-awe-inspiring-rites-of-initiation/
[ix] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 3.

Tidak ada komentar: