Search

Kamis, 07 Juni 2012

ARNOLDUS JANSSEN: BENTARA SABDA ALLAH


ARNOLDUS JANSSEN: BENTARA SABDA ALLAH
Pengantar
Gerardus Janssen adalah seorang petani yang tinggal di Goch, sebuah kota kecil di bagian barat dataran Rhein, dekat Belanda dan Jerman. Selain bertani, ia mempunyai perusahan angkutan dengan pedati. Pada usia 30 tahun ia menikah dengan Ana Katarina Wellesen, seorang wanita Jerman. Mereka dianugerahi sebelas orang anak, Margareta (1836), Arnoldus (1837), Gerardus (1839) yang meneruskan pekerjaan ayahnya, Wihelmus menjadi bruder Kapusin, Petrus (1844), Getrudis, Teodorus, Yoanes, tiga lainnya meninggal waktu melahirkan. Kekhasan Ana Katarina adalah selalu menampilkan wajah periang dan keramahan. Hal itu membuat ia disenangi banyak orang dan juga meminta nasihat darinya. Selain beternak, kebanyakan waktunya diisi dengan doa. Sementara itu, Gerardus lebih tertarik pada politik dan karya penyebaran iman. Setiap hari keluarga tersebut merayakan ekaristi dan hari senin dikhususkan sebagai hari pengabdian kepada Roh Kudus. Selain itu, mereka sekeluarga juga rajin berdoa Rosario.
Latar belakang keluarga seperti itu sangat berpengaruh terhadap panggilan hidup Arnoldus Janssen. Dalam tulisan ini akan diceritakan perjalanan hidup Arnoldus Janssen sebagai Bentara Sabda Allah mulai dari kecil sampai dia mendapat gelar beato (bahagia). Di akhir tulisan, terdapat refleksi terhadap pribadi Arnoldus Janssen yang setidaknya masih relevan untuk hidup bermisi saat ini.
Riwayat Hidup Arnoldus Janssen: Bentara Sabda Allah
5 November 1837 adalah hari kelahiran Arnoldus Janssen. Menurut pengakuan ibunya, wajah Arnoldus Janssen sangat mirip dengan ayahnya. Saat usia kanak-kanak, ia dianggap aneh oleh teman-temannya karena tidak banyak meminati permainan mereka. Ia lebih senang duduk di dalam gereja, membiarkan suasana shadu meresapi tubuhnya. Ia senang menjadi putera altar karena bisa membantu imam dan cita-citanya ingin menjadi pastor.
Pastor de Ruiter[i] sangat kagum dengan sikap Arnoldus sehingga dengan tidak bosan-bosan ia meminta bapak Gerardus Jassen agar menyekolahkannya. Berkat desakan yang terus-menerus tersebut, sehari sesudah tahun baru 1847, untuk pertama kalinya Arnoldus masuk sekolah rakyat di Paroki Goch. Setiap hari, Arnoldus bergegas ke sekolah setelah menghantar sapi ke padang. Dua tahun kemudian (Oktober 1849) Arnoldus masuk kolose Gaesdonck. Belajar di sana membutuhkan banyak biaya, akan tetapi orang tuanya mengatakan, “Baiklah kita bersyukur kepada Tuhan bahwa Arnoldus bisa belajar dengan baik dan selanjutnya kita serahkan semuanya pada Tuhan.” Arnoldus juga adalah seorang kutu buku dan sangat berminat pelajaran matematika. Buktinya, dengan hasil yang memuaskan (11 Juli 1855), ia berhasil lulus dari kolose Gaesdonck. Saat itu juga dia mengatakan niatnya untuk menjadi imam kepada kedua orang tuanya.
Untuk mewujudkan impiannya tersebut, ia masuk Seminari Collegium Borromeum (1855). Di seminari tersebut, ia berusaha memahami dalil-dalil tentang rencana penciptaan Ilahi dan juga belajar pemikiran Aristoletes mengenai Allah yag tidak dapat dilukiskan. Dia menjadi sadar bahwa kekacaubalauan melanda jiwa manusia apabila hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri tanpa mengandalkan Injil. Setelah lulus dengan sempurna dari sekolah tersebut, ia melanjutkan studinya di Bohn. Berkat ketekunannya dalam belajar, ia mendapat hadiah uang limapuluh Tahler dan mendapat fakultas docendi (wewenang untuk mengajar) dari Fakultas Ilmu Pasti dan Alam di tingkat gymnasium.
Di samping keberhasilan yang diperolehnya itu, ia tetap fokus untuk menjadi imam. Karena itu, dia melanjutkan studinya ke Muster untuk belajar moral, dogmatik, liturgi dan hukum gereja. Akhirnya, pada Pesta Santa Maria di Angkat ke Surga Arnoldus ditabiskan menjadi imam bersama rekan-rekannya dan 17 Agustus untuk pertama kalinya ia mempersembahkan ekaristi di Muster serta memberikan berkat kepada ayahnya. Sebagai tugas pertama ia mengajar ilmu pasti dan alam di Sekolah Menengah Katolik di Bocholt. Setiap uang yang diperolehnya lebih banyak digunakan untuk membeli buku, khususnya mengenai teologi dan berbagai perjuangan keagamaan. Karena satu hal yang sangat memprihatinkannya waktu itu adalah perpecahan keagamaan yang menimpa bangsa Jerman yaitu Katolik dan Protestan.
Saat menghadiri sidang Katholische Verein Deutschland (Persatuan Katolik Jerman) tahun 1867 di Paris, ia bertemu dengan Pater Malfati, seorang Yesuit yang menjadi direktur Kerasulan Doa untuk Jerman-Austria-Hongaria. Kelompok ini secara khusus menghomati Hati Terkudus Yesus dan berdoa untuk kepentingan gereja serta pertobatan orang-orang berdosa. Dia merasa tertarik dengan misi kelompok doa tersebut dan segera menggabungkan diri. Sejak itu, dia selalu mengajar banyak orang untuk berdoa, baik melalui kotbah-kotbah, wejangan-wejangan maupun melalui cara hidupnya sendiri. Kegiatan kerasulan doa memberikan Arnoldus Janssen kepercayaan diri yang kuat, keberanian, dan membangkitkan kesadaran bahwa dia mampu  memberikan sesuatu kepada orang-orang sezamannya, lebih besar dari ilmu pasti. Bersamaan dengan keberhasilan usahanya, Kulturkampf mulai tumbuh. Kaum liberal, konservatif, dan vrijmetselaar bersatu hendak melawan Kristus yang mistik. Hal itu dilihat sebagai badai yang ganas oleh Arnoldus. Akan tetapi, ia tetap percaya pada kekuatan sabda dan doa sehingga Gereja Katolik pasti akan mengalahkan segala musuhnya.
 Arnoldus Janssen juga diminta untuk menjadi rektor suster-suster Ursulin di Kampen. Di situ pula ia menghubungi percetakan untuk mencetak majalah kecil yang direncanakannya Kleine Herz-Jesu-Bote (Utusan Kecil Hati Yesus). Isi majalah tersebut adalah wejangan, doa, surat-surat para misionaris, dan dihiasi dengan peta-peta dan lukisan-lukisan. Tujuannya adalah membangkitkan minat orang terhadap suku-suku lain, bangsa-bangsa lain, dengan kebudayaan, watak, dan cara hidup yang beraneka ragam, terhadap semua orang lain yang merupakan saudara-saudaranya, betapapun berlainan warna kulitnya.
Dalam bulan Mei 1874 Arnoldus Janssen bertemu dengan Mgr.Raimondi, peserta pendiri seminari misi di Milano, prefek apostolik dan tidak lama kemudian menjadi uskup di Hongkong, yang kebetulan menjadi tamu Pastor Ludwig von Essen di Neuwerk. Dalam perbicaraan dengan Rektor Arnolus Janssen, Uskup Raimondi mendesaknya untuk mendirikan sebuah rumah misi bersama Dr. von Essen. Keduanya langsung tanggap dengan masukan tersebut. Dalam edisi kedua malajah Kleine Herz-Jesu-Bote pun memuat seruan dari Pastor von Essen mengenai ajakan untuk mendirikan sebuah seminari misi. Akan tetapi, hasilnya tidak ada yang melamar. Keduanya tidak putus asa, mereka mencoba lagi dengan memuat seruan yang sama di majalah Katolik Jerman. Rektor Janssen juga mengadakan aksi doa di kapel dengan hikmat selama berjam-jam. Usaha tersebut juga tidak mendatangkan hasil.
Titik-titik terang cita-citanya justru muncul ketika ia berani keluar batas wilayah negaranya. Suatu hari Rektor Janssen berangkat ke kota Venlo, di Belanda. Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan teman lamanya, Profesor Moubis di stasiun Kereta Api. Dengan temannya tersebut dia menceritakan semua rencana dan maksud kedatangannya di Venlo. Profesor Moubis pun menjanjikan bantuan bagi Rektor Janssen. Akan tetapi, rumah yang ditunjuk Profesor Moubis terlalu mahal harganya. Berbagai cara dilakukannya untuk mendapatkan sejumlah dana tetapi hasilnya sia-sia saja. Ada juga yang menilai cita-cita rektor Janssen sebagai suatu yang aneh dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ia ingin membangun sebuah seminari tanpa ada uang dan siswa.
Cita-citanya menemukan jalan pada 8 September 1875, ia berhasil membeli rumah Klaas Ronck di Steyl, dalam distrik Tegelen, Belanda.[ii] Rektor Janssen, Pastor Bill, Dr. von Essen, dan Anzer secara bersama-sama membangun kembali rumah tersebut karena masih membutuhkan banyak perbaikan, belum lagi perabot-perabotnya yang tidak lengkap. Sebagai peraturan hidup, mereka menggunakan peraturan Ordo Ketiga St. Dominikus.  Terhadap aturan hidup tersebut, Anzer, Pastor Bill, dan Dr. von Essen tidak setuju, khususnya yang menekankan satu hari puasa dan empat hari pantang dalam seminggu. Mereka menentang karena prihatin dengan misionaris-misionaris yang nantinya berkarya di tempat terpencil. Akan tetapi, Rektor Janssen sendiri tetap teguh dengan pendiriannya. Menurutnya, apa yang telah disetujui dari awal merupakan kehendak Allah sendiri.
Di tengah peliknya masalah Anggaran Dasar, pada pesta St. Nikolaus, 6 Desember 1875 muncul ide dalam benak Rektor Janssen untuk membeli mesin cetak, di satu sisi untuk mempermudah penyebarluasan majalah dan di sisi lain sebagai sumber pendapatan. Bertepatan dengan pesta St. Yohanes Kristostomus (27 Januari 1875), mesin cetak itu diberkati. Berkat mesin cetak itu pula, kongregasi itu dijuluki Sie Verkaufen Drucksachen (mereka yang menjual barang cetak). Sementara masalah peraturan hidup belum juga selesai, muncul juga masalah baru mengenai pembalikan nama pemilik rumah dari Pastor Bill ke Rektor Janssen. Hal itu akhirnya membawa malapetaka, 24 maret 1876 Reichert, Pastor Bill, dan Dr. von Essen memutuskan hubungan dengan Rektor Janssen.
Menghadapi situasi tersebut, ia tetap percaya pada kehendak Ilahi, walaupun nyatanya ia hanya berjuang dengan Yoanes Baptista Anzer.[iii] Mereka berdua membicarakan aturan hidup sementara dari kongregasinya yang diberi nama, Societas Verbi Divine (Serikat Sabda Allah), yang secara khusus menghormati Hati Kudus Yesus. Semangat itu ditandai oleh penyerahan diri seutuhnya kepada Allah, semangat iman, kesetiaan, kerendahan hati, dan penyangkalan diri. Semakin hari jumlah siswa di rumah Klaas Ronck semakin banyak. Pada tahun 1877 jumlah siswa dibiara sebanyak 30 orang. Kemudian cara hidup mereka sisetujui oleh Paus Leo XIII pada tahun 1878.[iv]
Satu tahun setelah cara hidup mereka direstui oleh takhta suci, Rektor Janssen mengirim Pastor Anzer dan Joseph Frainademetz ke Tiongkok (Maret 1879), untuk berkarya di tanah misi. Sejak itu pula, dari biara itu setiap tahunnya mengirim satu misionaris ke seluruh penjuru dunia. Beberapa tahun kemudian Janssen mendapat wilayah misi sendiri dari para Fransiskan Italia di Shantung Selatan.[v] Selanjutnya, Paus Leo XII memberi mereka wilayah misi di Togo dan Afrika Timur. Di samping banyaknya kepercayan yang diberikan untuk berkarya di tanah misi, majalah-majalah baru pun bertambah, ada Stadt Gottes, Michaëls-Almanak, St. Michaëlskalender, dan Katholieke Missiën.
Keberhasilan mendirikan kongregasi misi mendapat sambutan hangat dari Mgr. Comboni (tahun 1877), yang menyarankan Rektor Janssen untuk mendirikan sebuah kongregasi suster-suster misi. Saran tersebut dengan pertimbangan bahwa peran kaum perempuan dalam menyukseskan karya misi sangat kuat. Orang pertama yang menjadi suster misi adalah Helena Stollenwerk, yang kemudian diberi nama Suster Maria.[vi] Kongregasi suster yang didirikan tersebut diberi nama: Suster Misi: Abdi Roh Kudus. Selanjutnya, tahun 1896 muncul juga ide untuk mendirikan biara suster Adorasi Abadi.
Pada usianya ke-75 (1907) Janssen mulai menderita sakit. Dalam keadaan sakitnya yang semakin parah pimpinan sementara kongregasi SVD diberikan kepada Pater Blum. Akhirnya saudara maut memanggilnya pada hari Jumat 15 Januari 1909. Berita kematiannya disebarkan ke seluruh dunia. Ia dimakamkan di taman biara di Styeil. Selanjutnya, 19 Oktober 1975 Arnoldus Janssen dan Joseph Frainademetz mendapdt gelar beato (bahagia) oleh Paus Palus VI.
Rekleksi Atas Riwayat Hidup Arnoldus Janssen
            Setelah membaca riwayat hidup Arnoldus Janssen yang dikenal sebagai Bentara Sabda Allah, saya sungguh merasa kagum dengan tokoh ini. Kekaguman tersebut berdasarkan beberapa nilai-nilai dari cara hidupnya yang bagi saya amat penting dan masih relevan untuk bermisi saat ini. 
Penglaman Hidup
Arnoldus Janssen lahir dalam keluarga yang saleh. Hal itu sangat berpengaruh dalam mewujudkan impian dan panggilan hidupnya. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa keluarga yang saleh sangat dibutuhkan dalam bermisi. Saya hanya ingin mengatakan bahwa dalam bermisi peran pengalaman hidup sangat penting. Pengalaman tidak mungkin diapat begitu saja tanpa membuka diri terhadap situasi atau keadaan di sekitar. Dengan kata lain perlunya suatu kepekaan dalam diri. Oleh karena itu, kepekaan dan pengalaman bagi saya masih sangat relevan untuk bermisi saat ini.
Pentingnya pendidikan
Untuk menyukseskan impiannya, Arnoldus harus sekolah, mulai dari pendidikan dasar sampai seminari tinggi. Ia belajar bukan semata-mata untuk memperoleh sejumlah pengetahuan melainkan sebagai penunjang karyanya. Peran pendidikan dalam bermisi saat ini sangat penting. Di satu sisi agar seseorang memiliki wawasan yang luas, di sisi lain kenyataan bahwa banyak umat sekarang yang pintar. Banyak umat sekarang yang belajar filsafat dan teologi. Jadi, seorang yang diutus untuk bermisi sebaiknya mempersiapkan diri dengan baik, dibekali dengan ilmu pengetahuan yang memadai.
Teguh pada penyelenggaraan Ilahi
Arnoldus Janssen dalam perjuangannya selalu menghadapi banyak tantangan, baik dari luar maupun dari dalam kongregasinya sendri. Menghadapi semuanya itu, ia tetap teguh pada keyakinannya bahwa Allah pasti selalu membimbing dan menolong orang yang berharap pada-Nya. Kebanyakan orang yang menjalankan suatu misi di zaman sekarang cepat putus asa, bahkan hilang total semangatnya. Bagi saya, munculnya kecemasan, keputusasaan, ragu-ragu, dan bimbang dalam menjalankan misi karena mereka kehilangan harapan. Harapan bahwa Allah akan selalu dan senantiasa menolong hamba-Nya.
Fenomena lain lagi adalah  kadang-kadang lupa akan Allah saat mengalami kesuksesan dalam berkarya. Orang merasa bahwa kesuksesan yang dicapainya itu semata-mata berkat usahanya sendiri saja tanpa peran serta Allah. Dengan demikian orang lupa untuk bersyukur pada Allah. Orang-orang seperti itu akan mengingat allah saat mereka menghadapi masalah.
Keberanian
Keberanian Arnoldus Janssen yang sangat menonjol saat ia keluar melewati batas negaranya. Batas yang saya maksudkan di sini adalah batas-batas wilayah dan batas-batas kenyamanan. Melewati batas-batas wilayah mungkin masih mudah, apalagi kebanyak orang sekarang sangat suka untuk pergi ke luar negeri. Akan tetapi, untuk melewati batas-batas kenyamanan orang-orang sekarang masih sulit. Orang sulit sekali mau berpindah dari tempat yang dinilainya nyaman untuk tempat karyanya. Padahal karya kita itu tidak hanya di suatu tempat saja tetapi di seluruh dunia.
Komitmen dan fokus
Arnoldus Janssen sadar bahwa dirinya dipanggil untuk mewartaklan Sabda Allah kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus, tanpa memandang suku, ras, atau warna kulit. Oleh karena itu, ia benar-benar komitmen dan fokus dengan kesadaran akan panggilannya tersebut. Dengan berbagai usaha dia mewujudkan komitmennya, khususnya melalui majalah-majalah. Orang yang menjalankan suatu misi di zaman ini harus memiliki komitmen dan fokus pada tujuan mereka diutus. Dengan itu, karya  atau tugas perutusannya tidak berjalan tanpa arah dan tidak terkesan tanpa persiapan atau perencanaan.
Kreatif
Arnoldus Janssen tidak hanya kominten dan fokus pada tujuannya, tetapi juga kreatif. ia sangat kreatif dalam usaha menyebarkan Sabda Allah, baik memalui kotbah-kotbah, wejangan, majalah-majalah maupun melalui cara hidupnya. Bagi saya, kreatifitas sangat dibutuhkan di tanah misi. Orang bisa sukses tidak semata-mata karena memiliki banyak pengetahuan, tetapi juga karena kreatif.
Sumber
Beding, Marcel. Arnoldus Janssen: Bentara Sabda Allah. Ende: Nusa Indah, 1975.


[i] Pastor de Ruiter adalah seorang pastor kapelan do Goch.  Saat itu, bersekolah bukanlah suatu kewajiban, anak-anak cukup puas dengan belajar katekismus.
[ii] Arnoldus Janssen membuka Rumah Misi "St. Mikhael", yang menjadi Rumah Induk "Serikat Sabda Allah. Banyak pria dan wanita yang mengadakan retret di rumah misi tersebut dari tahun ke tahun.
[iii] Anzer pun ditabiskan menjadi imam pada 15 Agustus 1876, dia kelak akan menjadi uskup misi di Tiongkok.
[iv] Kongregasi SVD mendapat pengakuan secara resmi dari kepausan yang diwakili oleh Paus Leo XIII, tepatnya 25 Januari 1901 dan tahun 1905 peraturan hidup  diresmikan.
[v] 1 November 1879 (Pesta semua Orang Kudus), Pater Nies dan Pater Henle mati dibunuh di Shantung Selatan.
[vi] 1894 ia mengikrarkan kaul kekal dan diangkat menjadi pemimpin.

Tidak ada komentar: