Search

Kamis, 07 Juni 2012

Kekerasan pada Anak: Perbuatan Sadis dalam Perspektif Jean P. Sartre

Kekerasan pada Anak:
Perbuatan Sadis dalam Perspektif Jean P. Sartre
Gabariel Holen


Pengantar
            Perbuatan sadis adalah usaha menghilangkan kemerdekaan orang lain dan juga memaksakan korban mengidentifikaskan dirinya dengan daging yang disiksa. Dalam hal ini, puncak kenikmatan yang dialami sang sadis adalah kalau korbannya merendahkan diri, menyangkal kemerdekaannya, dan menyerah. Jika hal itu telah tercapai, sang sadis merasa diri memiliki kuasa dan bisa dengan bebas melakukan sesuatu atas korban, seperti disiksa. Korban di mata sang sadis hanyalah seonggok daging yang siap diolah olahnya tanpa memikirkan kebebasan dan kemerdekaan dalam diri orang itu.
            Sang sadis merasa gagal jika korbannya meninggal. Karena meninggal dapat mematahkan dengan dasyat setiap rencana, setiap kebebasan pribadi dan setiap makna ari eksistensi. Jadi, kematian bukanlah sesuatu yang dituju oleh sang sadis.  Kegagalan juga bisa terjadi saat korbannya semakin banyak. Banyaknya korban memunculkan banyak reaksi dari pihak lain untuk membatasi ruang gerak sang sadis. Banyaknya reaksi itu terus-menerus mengerus rasa kemerdekaannya atas korban.
Kekerasan pada Anak: Perbuatan Sadis dalam Perspektif Jean P. Sartre
            Untuk membantu memahami perbuatan sadis menurut Jean P. Sartre, berikut ini dipaparkan kasus kekerasan terhadap anak. Seorang ayah berusia 36 tahun menyiksa dua anak kandungnya. Kedua anaknya dipukul sampai memar dan lecet, kepala dibenturkan ke tembok sampai benjol, direndam di bak air sampai pingsan, dan bahkan diusir dari rumah. Alasannya sangat sepele karena menipu dan bandel, bahkan tanpa alasan yang jelas. Karena itu, kedua anaknya melarikan diri ke rumah tetangga. Semua warga yang mengetahui kejadian itu menjadi marah dan melaporkan perbuatan sang ayah ke kantor polisi. Sang ayah pun diseret ke kepolisian setempat dan dihukum 15 tahun penjara. (Kompas, Sabtu 26 Februari 2011, hlm. 25) 
            Berdasarkan cerita di atas, perbuatan sadis menurut Jean P.Sartre dapat dijelaskan sebagai brikut:
1.      Memanipulasi orang lain
Tujuan memanipulasi adalah agar orang lain tunduk dan menyerah. Dalam cerita di atas, alasan sepele bisa membuat sang ayah marah. Di sini ayah telah menunjukkan suatu tindakan curang atas anak-anaknya. Kebebasan anak-anaknya ditekan oleh otoritas dirinya sebagai ayah. Jadi, hal sepele sebenarnya hanyalah cara dari sang ayah untuk bisa menguasai dan memaksakan anak-anaknya tunduk dan menyerah.
2.      Kekuasaan mutlak
Bagi Jean P. Sartre, manusia berawal dari ketiadaaan, baru kemudian menjadi sesuatu dan memutuskan akan menjadi seperti apa. Jadi, manusia memiliki kekuasaan mutlak. Kekuasaan mutlak dimengerti sebagai kebebasan untuk melihat dan merasakan benda-benda atau orang lain sebagai milikku. Dengan demikian hubungan  atau interaksi antara manusia hanyalah sebuah konflik.
Kasus di atas secara jelas menampilkan sosok ayah yang merasa memiliki kekuasaan mutlak atas anak-anaknya sehingga dengan berani melakukan tindakan kekerasan yang sadis. Dia memukuli anak-anaknya tanpa rasa kasihan. Dia merasa memiliki kekuasaan penuh dan seolah-olah sedang menghadapi seonggok daging lezat yang siap disantap yaitu anak-anaknya. Hal lain juga dapat dilihat saat ayah membentak dan melarang tetangga mencampuri urusannya. Dia mencoba membuat benteng atas intervensi orang lain dan menjadikan dirinya sebagai pusat dari segala tindakannya.
3.      Kegagalan
Korban dalam kasus di atas tidak meninggal, namun ada intervensi dari pihak lain yaitu tetangga dan polisi. Korban tidak meninggal berarti sang ayah tidak merasa gagal. Akan tetapi, kalau dilihat dari sisi intervensi pihak lain, sang ayah tetap merasa gagal walaupun hanya untuk sesaat. Sang ayah ditangkap dan dipenjarakan. Di satu sisi, hal itu merupakan kegagalan baginya karena hasrat untuk mengusai anak-anaknya dihentikan oleh orang lain. Di sisi lain, ditangkap dan dipenjara bisa dimengerti sebagai saat jeda atau saat istirahat bagi dirinya sebelum melanjutkan aksinya setelah dibebaskan dari penjara.
Kesimpulan
Perbuatan sadis merupakan tindakan yang mematikan kemederdekaan dan menuntut orang lain agar tunduk atau mengikuti kehendaknya. Kasus kekerasan terhadap anak yang dipaparkan di atas merupakan salah satu contoh perbuatan sadis. sebagaimana diungkapkan Jean P.Sartre. Akan tetapi,  Jean P. Sarte tidak mencoba melihat faktor lain sebagai penyebab munculnya perbuatan sadis. misalnya, faktor ekonomi, agama dan lain sebagainya.


Tidak ada komentar: