Filsafat sebagai Ilmu Kritis
Pengantar
Banyak orang bingung tentang peranan filsafat dalam
kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya bingung tetapi juga menilai bahwa filsafat
hanyalah ilmu yang penuh dengan argumen-argumen yang membingungkan. Orang
berpikir dan mengatakan seperti itu sebenarnya tidak ada salahnya, karena bisa
saja terjadi karena orang tidak mengeti tentang filsafat dan peranannya dalam
hidup bermasyarakat. Karena itu, Prof. Dr. Frans Magnis-Suseno, SJ memaparkan
tentang pentingnya filsafat dalam hidup manusia. Dalam hal ini, yang sangat
diperhatikannya adalah pengaruh filsafat dalam hidup manusia dan filsafat
sebagai ilmu kritis.
Filsafat
dalam Realitas Hidup Manusia
Hampir
semua filsafat besar di Barat memiliki minat akan politik. Sebut saja beberapa
tokoh seperti Plato mengembangkan filsafat tentang idea-idea karena prihatin
dengan keadaan politik di Athena, Aristoteles dengan etikanya yang terkenal
sampai sekarang, dan aliran Stoa dengan paham hukum kodrat. Selain itu, dapat
juga disebutkan filsuf-filsuf yang menghubungkan teologi dan filsafat Agustinus
dan Thomas Aquinas.
Banyak
filsuf berminat pada politik menunjukkan bahwa berfilsafat tidak melarikan diri
dan terus bergulat dengan masalah-masalah dasar manusia dan juga tatanan
masyarakat sebagai keseluruhan. Pergulatan dalam keseluruhan hidup manusia
itulah yang disebut bidang politik dan filsafat pun hadir sebagai pengkritik.
Akan tetapi, kritik yang dilakukan filsafat tidak terbatas pada bidang politik
tetapi mencakup seluruh realitas hidup
manusia. Jadi, filsafat membantu manusia untuk memecahkan masalah-masalah
kehidupan khususnya dalam mengorientasikan diri di dunia agar terciptalah hidup
yang adil.
Usaha manusia itu pun perlu
didasari oleh sebuah kesadaran bahwa ilmu pengetahuan pasti memiliki
titik-titik keterbatasan. Karena itu, ilmu pegetahuan harus berfokus dan
membatasi diri pada masalah-masalah tertentu saja sehingga hasil yang diperoleh
bisa maksimal. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan tidak mampu membahas seluruh
manusia yang berada di luar batas atau metodenya. Padahal manusia terus-menerus
mencari dan bertanya-tanya tentang diri dan hidupnya. Pencaharian dan
pertanyaan manusia tidak semuanya mampu dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.
Namun, kesadaran akan keterbatasan dirinya cukup membuat manusia terus
berpikir.
Dari uraian di atas dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa filsafat selalu bergerak dalam dua arah. Di
satu sisi, filsafat harus mengkritik jawaban-jawaban yang tidak memadai.
Maksudnya, mengkritik jawaban-jawaban yang tidak membantu memberikan penjelasan
yang dapat dimengerti kepada masyarakat. Di sisi lain, filsafat terlibat
terus-menerus mencari jawaban yang benar atas suatu persoalan dalam hidup
manusia. Dengan kata lain, filsafat tidak hanya bertanya dan bertanya tentang
sesuatu tetapi juga berusaha mencari jawaban yang benar dari apa yang
ditanyakan. Robert Spaecmann mengatakan, “Yang baik tidak dapat terletak dalam
pertanyaan sendiri, tetapi harus dalam jawaban.”
Mempertanggungjawabkan
jawaban tidak dipahami sebagai sekadar berargumen atau berdialog tetapi yang
diutamakan adalah memberikan agumen-argumen yang rasional. Hal itu hendak
menegaskan bahwa mempertanggungjawabkan jawaban secara rasional adalah ciri
khas dari filsafat. Rasional di sini tidak berarti hanya menekankan ratio (akal
budi) di atas segala-galanya tetapi suatu sikap yang terbuka terhadap pertanyaan
atau sanggahan dan memberikan
jawaban-jawaban yang mudah dipahami oleh lawan bicara atau dialog.
Filsafat
sebagai Ilmu Kritis
Uraian tentang tempat filsafat
dalam realitas hidup manusia di atas dapat dimengerti bahwa hakikat filsafat
adalah kritik atas sesuatu yang mempengaruhi hidupnya, manusia umumnya, dan
atas dirinya sendiri. Filsafat terus mencari jawaban atas realitas hidup
manusia yang tidak kenal abadi. Hal itu terjadi karena jawaban-jawaban selalu
bergerak seturut perubahan dan perkembangan hidup manusia itu sendiri.
Masalah-masalah yang dihadapi pun tidak selamanya hal baru karena masalah yang
dianggap baru pun sebenarnya hanyalah hasil dari modifikasi masalah-masalah
lama bersama perkembangan waktu. Jadi, filsafat dilihat sebagai seni kritik.
Seni kritik artinya merasa tidak puas dengan dirinya sendiri, tidak memotong
perbincangan, dan selalu bersedia bahkan senang berdebat demi mencari suatu
kebenaran tertentu. Harapan selanjutnya, filsafat mampu membentuk ilmu kritis.
Dalam perkembangan, filsafat
bersifat kritik dijadikan sarana mengkritik ideologi. Kritik ideologi merupakan
kritik terhadap teori tentang makna hidup, nilai-nilai hidup, dan kemudian
membentuk kesimpulan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak.
Namun, perlu juga memperhaikan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu
dipertanyakan dalam ideologi. Walaupun filsafat sebenarnya menuntut suatu
pertangungjawaban yang rasional. Contoh yang sangat mencolok adalah
ajaran-ajaran dalam hidup keagamaan.
Lalu, bagaimana
filsafat sebagai ilmu kritis memberikan pengaruhnya dalam berpolitik? Filsafat
politik adalah filsafat yang mengenai masyarakat secara keseluruhan. Masalah
utama filsafat politik adalah legitimasi dalam arti etis. Contohnya masalah
hukum dan kekuasaan politik. Terhadap hukum filsafat mondorong agar hukum
ditegakkan secara adil. Terhadap kekuasaan politik, filsafat berusaha
menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan oleh penguasa politik dan juga arti
dari kekuasaan itu sendiri. Jadi,
filsafat politik menekankan kesesuaian antara kata dan perbuatan dalam
berpolitik. Tujuannya jelas agar masyarakat ditata dengan baik. Dengan
demikian, filsafat politik hadir untuk mengkritik tindakan sewenang-wenang dari
pihak tertentu dalam penerapan politik di masyarakat.
Kesimpulan
Filsafat pada dasarnya bergerak
tidak jauh dari realitas, terus bertanya, dan sekaligus mencari jawaban tentang
keseluruhan realitas hidup manusia. Kata keseluruhan tidak berarti bahwa
filsafat mampu menjawab semuanya. Filsuf harus tetap menyadari bahwa dirinya
penuh keterbatasan dalam usaha mencari dan menemukan jawaban tersebut. Karena
itu, filsuf harus bisa bertindak secara rasional dan berusaha membawa kebaikan
bagi masyarakat. Misalnya dalam meluruskan sitem politik dalam suatu negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar