Homili St. Ambrosius dan Praktik di Gereja Hati
Kudus Kramat Mengenai Inisiasi Kristen: Sebuah Komparasi
1. Pengantar
Secara
etimologis kata inisiasi berasal dari kata bahasa Latin “inire” yang berarti
memasuki. Jadi, inisiasi berarti memasuki suatu kelompok, bergabung dengan
suatu kelompok atau diterima sebagai anggota dalam suatu kelompok.[i]
Bergabung dengan suatu kelompok tentu harus memenuhi kriteria atau syarat
tertentu. Demikian juga jika dikatakan inisiasi Kristen, yaitu menjadi anggota
Kristen harus memenuhi syarat tertentu yang diterima melalui latihan dan
pengajaran. Tujuan inisiasi Kristen adalah agar seseorang menjadi Kristen.[ii]
Tahap-tahap inisiasi Kristen tampak dalam penerimaan Sakramen Pembaptisan, Krisma,
dan Ekaristi. Ketiga sakramen itu disebut sakramen inisiasi. Dengan ketiganya
kita masuk ke dalam kehidupan Allah dan semakin mendekati kesempurnaan
cinta-Nya.[iii]
Tulisan
ini akan membahas tahap-tahap inisiasi Kristen sebagaimana dipraktikan di
Paroki Hati Kudus Kramat dan yang dikotbahkan oleh St. Ambrosius. Bagian akhir
tulisan ini akan memuat komparasi antara keduanya.
2. Inisiasi Kristen
dalam praktik[iv]
Secara umum praktik insisi di paroki Hati Kudus Kramat
mengikuti pedoman umum perayaan inisiasi Gereja Indonesia tahun 1977, yaitu
melewati tiga tahap dan empat masa. Tahap I adalah dari simpatisan menjadi
katekumen, yaitu bila seorang simpatisan sungguh mau bertobat dan beriman, sehingga
diterima oleh umat setempat dalam katekumenat. Dalam suatu upacara simpatisan
tersebut dilantik menjadi katekumenat. Tahap II adalah katekumen menjadi calon
baptis, yaitu bila iman seorang katekumen sudah berkembang sedemikian rupa,
sehingga ia diijinkan menyiapkan diri akan sakramen-sakramen inisiasi. Dalam
suatu upacara simpatisan tersebut dipilih menjadi calon baptis. Tahap III
adalah calon baptis menjadi baptisan baru, yaitu bila persiapan terakhir sudah
selesai dan calon itu diperkenankan menerima sakramen-sakramen inisiasi
(pembaptisan, krisma, ekaristi) sehingga ia menjadi anggota penuh dalam Gereja.
Sedangkan empat masa inisiasi adalah masa prakatekumenat, masa katekumenat,
masa persiapan terakhir, dan masa pendalaman iman (mistagogi).
Masa
prakatekumenat
Tujuan masa prakatekumenat adalah menampung para
simpatisan, menjernihkan motivasi mereka, dan memperkenalkan Kristus kepada
mereka, sehingga mereka mulai bertobat dan beriman. Menjadi simpatisan tidak
harus mengikuti “kursus,” tetapi bisa dilakukan melalui bimbingan guru agama Katolik
di sekolah, suami atau isteri, tetangga, anggota Legio Maria, dan teman yang
beragama Katolik. Pembimbing itu akan menjadi “penjamin” atau wali baptisnya
nanti. Dalam bimbingan itu diadakan pembacaan Kitab Suci bersama, doa bersama,
pembacaan mengenai iman Kristen, dan bisa juga memperkenalkan simpatisan dengan
umat setempat.[v] Lamanya
masa prakatekumenat tidak ditentukan, tergantung pada perkembangan para
simpatisan. Masa prakatekumenat ditutup
dengan upacara pelantikan katekumen.
Masa
katekumenanat
Masa katekumenat dimulai dengan pelantikan calon
katekumen. Upacara pelantikan tersebut tidak harus di Gereja dan oleh pastor,
tetapi bisa dilakukan di lingkungan dan oleh pemuka umat setempat. Setelah
dilantik seorang katekumen “sudah berhubungan dengan Gereja, bahkan sudah
termasuk dalam keluarga Kristus” (LG 14). Para katekumen pun menjalani
pembinaan menyeluruh mengenai menjadi seorang Kristen, baik melalui katekese,
perayaan liturgi, maupun melalui latihan-latihan lain utuk menanamkan sikap
Kristen dan mengintegrasikan mereka dalam umat.[vi]
Oleh karena itu, masa katekumenat berlangsung lama, biasanya satu tahun. Mereka
tidak diajarkan untuk sekadar memperoleh ilmu atau menghafal doa-doa, tetapi
dibina untuk menginternalisasikan ilmu-ilmu dan doa-doa itu dalam keseharian
hidup mereka. Masa katekumenat ini berakhir dengan pemilihan calon baptis.
Masa
Persiapan Terakhir
Masa ini disebut juga masa penyucian atau penerangan. Masa
persiapan terakhir berlangsung selama masa Prapaskah, di mana calon baptis
disiapkan di tengah-tengah umat untuk menerima sakramen-sakramen inisiasi pada
malam paskah. Pembinaan iman lebih diarahkan pada sakramen-sakramen yang akan
diterima, yaitu Baptis, Krisma, dan Ekaristi. Melalui ketiga sakramen tersebut
seorang meninggalkan hidup lama dan mengenakan hidup baru dan diangkat menjadi
anak-anak Allah. Selain itu, diadakan juga upacara-upacara tobat dan
upacara-upacara penyerahan calon baptis. Di paroki Hati Kudus Kramat memang
diharapkan agar ketiga sakramen inisiasi bisa dirayakan secara bersamaan. Akan
tetapi, dalam praktiknya sakramen Krisma dirayakan pada akhir masa mistagogi. Demikian
juga halnya dengan sakramen baptis, harapannya terjadi pada malam paskah,
tetapi atas pertimbangan tertentu upacara baptis terjadi pada pagi hari, hari
Sabtu Suci. Setelah dibaptis, para baptisan baru harus dicatat dalam buku
baptis, bersama dengan tanggal dan tempat, serta nama orang yang membaptis
mereka.
Masa
pendalaman iman (mistagogi)
Masa
mistagogi merupakan akhir dari inisiasi Kristen. Tujuan masa mistagogi adalah
agar para baptisan baru masih mendapat perhatian khusus selama beberapa minggu
sampai mereka benar-benar merasa biasa dengan umat setempat. Pendalam iman
dalam masa ini sebagaimana dipraktikkan di Paroki Hati Kudus Kramat berupa,
renungan Sabda Allah, perayaan sakramen-sakramen, dan pergaulan dengan umat Katolik.
3. Inisiasi dalam homili
St. Ambrosius[vii]
St.
Ambrosius dalam kotbahnya tidak secara terperinci membagi tahap dan masa inisiasi
Kristen. Akan tetapi, berdasarkan isi kotbah dan tradisi yang berkembang pada
zamannya, serta uraian dari Edward Yarnold[viii]
penulis membagi homili St. Ambrosius mengenai inisiasi Kristen dalam empat masa,
yaitu prakatekumenat, katekumenat, perayaan inisiasi, dan mistagogi.
Prakatekumenat
Pada masa ini seorang simpatisan ditandatangani oleh
tanda salib dan garam, diberkati oleh penumpangan tangan, dan melakukan pengusiran
setan. Tanda salib mendorong simpatisan untuk percaya bahwa Yesus disalibkan
untuk semua orang. Tanda salib itu juga hendak menunjukkan bahwa ia milik Kristus.
Penggunaan garam bertujuan untuk memberikan kekuatan pada simpatisan dalam
berbakti kepada Allah. Penumpangan tangan berarti seorang simpatisan
dipersembahkan pada Allah dan ia diberkati. Pengusiran setan berangkat dari
anggapan bahwa sebelum seseorang percaya Tuhan, tubuhnya dicemari oleh banyak
kuasa jahat. Hal pokok yang hendak dituju pada masa prakatekumenat adalah
simpatisan bisa beriman. St. Ambrosius mengatakan, “Bagi umat Kristen iman itu
sangat penting dan menjadi nomor satu. Seorang dibaptis, ia dipanggil untuk
percaya dan beriman.”
Katekumenat
Masa Katekumenat biasanya berlangsung lama karena harus
mempersiapkan diri secara matang. Hal itu berkaitan dengan anggpan bahwa
baptisan mempunyai kekuatan untuk menghapus dosa. Akibatnya, banyak orang
menjadi takut untuk segera dibaptis
karena takut berbuat dosa lagi. St. Ambrosius sendiri sebelum dipilih menjadi
uskup Milan belum dibaptis. [ix]
Hal-hal yang dilakukan pada masa katekumenat adalah The opening (The Ephphatah/ terbukalah) dilakukan di mana uskup menyentuh
telinga dan pangkal hidung (nostril) seorang
simpatisan. Tindakan uskup tersebut mengingatkan manusia (simpatisan) akan perkataan
Yesus Kristus pada seorang yang bisu dan tuli, “Terbukalah” (Mrk 7:34). Makna
lainnya adalah dalam beriman dan berdevosi secara penuh, simpatisan menerima
keharuman termanis (sweet fragrance)
dari Allah. Setelahnya, simpatisan
diurapi dengan minyak. Bagi St. Ambrosius, pengurapan dengan minyak memberi
semangat kepada simpatisan dalam mempersiapkan diri bersatu dengan Yesus
Kristus, yang adalah kekuatan bagi dunia dan surga nanti. Agar tujuan itu
tercapai, simpatisan mesti melakukan penolakan
atas dosa; menolak setan dengan segala cara kerjanya dan menolak dunia
dengan segala kesenangannya. Keyakinan tersebut diusahakan agar tetap melekat
dalam hati.
Selain berbagai upacara tersebut, simpatisan juga
diajarkan beberapa hal, yaitu makna simbol air, doa atas air, kehadiran Allah
Tritunggal dalam baptisan, dan efek baptisan. St. Ambrosius menasihati agar
ingat peristiwa Naaman dari Siria yang disembuhkan oleh Nabi Elisa hanya dengan
mandi tujuh kali di di sungai Yordan (2Raj 5: 1-14). Melalui peristiwa Naaman
tersebut St. Ambrosius hendak menegaskan bahwa “Yang Tak Kelihatan” memiliki
kekuatan yang lebih besar. Melalui cerita Naaman tersebut, St. Ambrosius hendak
menegaskan bahwa air baptis lambang penghapusan dosa dan perubahan hidup; dari kesalahan kepada
rahmat, dari keburukan kepada kekudusan. Akan tetapi, tidak semua air memiliki
kekuatan seperti itu, hanya air yang telah diberkati oleh rahmat Allah, yaitu
Allah Tritunggal. Di sini, St. Ambrosius hendak mengatakan makna dari doa atas
air dan kehadiran Allah Tritunggal dalam baptisan.
Perayaan
Inisiasi
Setelah seorang menjalani masa Katekumenat dan telah
menyiapkan diri secara matang, ia segera masuk dalam tahap selanjutnya, yaitu
menerima sakramen-sakramen inisiasi (Baptis, Krisma, dan Ekaristi). Dalam
upacara baptis, seorang calon ditanya dengan sejumlah pertanyaan mengenai
kepercayaan akan Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus karena ia dibaptis dalam
nama ketiga diri tersebut (Allah Tritunggal). Hal tersebut menurut St.
Ambrosius sesuai dengan perintah Yesus
Kristus sendiri, “Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus”
(Mat 28: 19). Setelahnya, seorang baptisan diurapi dengan Minyak Krisma sebagai
tanda bahwa ia diantar ke kehidupan kekal atau diundang untuk lebih memilih kehidupan
surgawi dari pada kehidupan di dunia ini. Seorang baptisan juga dibasuh kakinya
oleh uskup. Hal itu sebagai perintah kepada baptisan baru agar melakukan karya
pelayanan dengan rendah hati sesuai dengan pesan Yesus, “Sebab Aku telah
memberikan teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang
telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13: 15).
Akhirnya, seorang yang telah dibaptis dan diurapi dengan Minyak Krisma
diijinkan untuk terlibat dalam perayaan Ekaristi (menerima komuni).
Mistagogi
Masa pendalaman iman atau mistagogi merupakan masa yang sangat
penting bagi St. Ambrosius. Segala upacara dan pengajaran selama masa
prakatekumenat, katekumenat, dan dalam peerayaan inisiasi dijelaskan kembali
maknanya dalam masa mistagogi. Hal itu dengan tujuan agar iman seseorang
benar-benar matang dan tidak sekadar mengikuti ritual-ritual yang ditetapkan
Gereja, tetapi menghayati semuanya itu dalam hidup sehari-hari. Beberapa hal
yang perlu ditegaskan lagi menurut homili St. Ambrosius adalah pakaian baptis,
hubungan Allah orang Kristen dan orang Israel, roti dan anggur yang
ditransformasikan, doa-doa dalam perayaan Ekaristi (Epiklesi, Anamnesis, dll),
air dan anggur, komuni suci, keilahian Kristus, Trinitas, dan cara berdoa yang
benar.
Ditegaskan oleh St. Ambrosius bahwa penggunaan pakaian
putih dalam baptisan adalah lambang kepolosan masuk dalam suatu kehidupan baru
bersama Kristus. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa misteri Kristiani memiliki
kelebihan daripada misteri orang Yahudi (Israel). Allah dalam pemahaman orang Yahudi
(Israel) adalah Allah yang terbatas, yaitu hanya kepada bangsa Israel saja. Tokoh
perantaraan mereka dengan Allah adalah manusia biasa, yaitu Musa. Sedangkan
Allah dalam misteri Kristiani adalah Allah yang universal. Allah tersebut
mewahyukan diri-Nya dalam Yesus Kristus yang lahir dari seorang perawan, yaitu
Maria (Luk 1:26-37). Yesus lahir menjadi manusia (inkarnasi), hidup, menderita
sengsara, wafat, dibangkitkan, dan akan datang kembali. Melawan Arius, St.
Ambrosius menegaskan bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia dan
sehakikat dengan Bapa. Agar tidak terjebak dalam pemahaman keliru mengenai
Allah Tritunggal, maka perlu adanya pengajaran mengenai Trinitas.
Berkaitan dengan komuni suci, St.
Ambrosius menegaskan bahwa dalam komuni kita benar-benar menerima Tubuh dan
Darah Kristus. Sebelum dikonsekrasi, roti dan anggur itu adalah roti dan anggur
biasa dan setelah dikonsekrasi roti dan anggur tersebut berubah menjadi Tubuh
dan Darah Kristus. Memang selalu dikatakan roti dan anggur, tetapi dalam piala
sebenarnya ada air dan anggur. Mengapa ada air bukan anggur saja? St. Ambrosius
mengajak umatnya untuk ingat peristiwa ketika lambung Yesus ditusuk oleh kepala
pasukan. Dari lambung Yesus keluar air dan darah (Yoh 19:34). Air itu untuk
membersihkan dan darah untuk menebus. Tidak hanya komuni ditegaskan tetapi
seluruh perayaan ekaristi, khususnya doa-doa selama perayaan ekaristi
berlangsung.
4. Kotbah St.
Ambrosius dengan Praktik di Gereja Hati Kudus Kramat Mengenai Inisiasi Kristen:
Sebuah Komparasi
Setelah membaca, menganalisis dan membuat komparasi
antara praktik di Paroki Hati Kudus Kramat dan homili St. Ambrosius mengenai
inisiasi Kristiani, penulis menemukan
beberapa hal berikut:
1.
Praktik di Paroki Hari Kudus Kramat memiliki
kaitan dengan homili St. Ambrosius mengenai masa-masa inisiasi, yaitu Prakatekumenat,
Katekumenat, Persiapan Terakhir, dan Mistagogi. Walaupun demikian, St.
Ambrosius sebenarnya tidak menyebutkan secara langsung masa-masa inisisi
tersebut. Hal itu berbeda dengan praktik
di Paroki Hati Kudus Kramat yang telah memiliki pedoman yang baku dalam buku
yang dikeluarkan oleh PWI-Liturgi Indonesia.
2.
Tampaknya, ada beberapa hal yang
diajarkan oleh St. Ambrosius, yang setelah diteliti secara mendalam mesti ditinggalkan.
Akibatnya, tidak semua hal yang diajarkan oleh St. Ambrosius dalam homilinya
dipraktikkan di Paroki Hati Kudus Kramat. Misalnya, pada masa Praketekumenat,
menurut St. Ambrosias perlu adanya penumpangan tangan, pengurapan dengan minyak
dan garam, dan penolakan setan. Dalam praktik di Paroki Hati Kudus, unsur-unsur
tersebut tidak tampak. Dalam arti, seseorang yang berada dalam masa
prakatekumenat hanya dibimbing oleh seorang
pembimbing. Walaupun demikian, tujuan
yang ingin dicapai selama masa prakatekumenat sebenarnya tetap sama, yaitu menghantar
orang untuk mengenal dan beriman pada Kristus. Penulis juga melihat bahwa
meskipun St. Ambrosius sangat menekankan pembinaan lanjutan (mistagogi), tetapi
dengan tuntutan-tuntutan yang ditegaskannya pada masa prakatekumenat sebenarnya
seseorang sudah dipersiapkan sejak awal secara
matang. Oleh karena itu, tuntutan-tuntutan yang mesti dilakukan adalah sangat
penting bagi perkembangan iman katekumen selanjutnya.
3.
Tampak dengan sangat jelas bahwa
pembinaan inisiasi di Paroki Hati Kudus Kramat lebih fokus pada masa
Katekumenat. Pada masa katekumenat, pokok-pokok iman Kristiani diajarkan
semuanya kepada para katekumen. Sedangkan St. Ambrosius lebih menekankan
pembinaan pada masa Mistagogi. Penulis
melihat bahwa perbedaan tersebut memiliki alasan dan tujuan tersendiri.
Menekankan masa Katekumenat hendak mengantisipasi agar seseorang yang menerima
sakramen inisiasi tidak kaget dengan sesuatu yang baru; sesuatu yang dilihat
atau diterimanya. Menekankan masa Mistagogi mengantisipasi agar seorang yang
telah mengikuti berbagai perayaan atau ritus dan pengajaran mengenai iman
Kristen tidak meresapkan semuanya dalam tindakan nyata hidup sehari-hari.
4.
St. Ambrosius berusaha mengkaitkan masa
yang satu dengan lainnya. Hal itu tampak dalam setiap pembukaan homilinya, yaitu
selalu mengulangi berbagai pengajaran yang telah diajarkan sebelumnya. Cara St.
Ambrosius itu sangat baik sekali agar orang tidak cepat lupa akan sesuatu yang
telah diajarkan; juga membantu orang untuk terus mengembangkan imannya. Sementara
dalam praktik di Paroki Hati Kudus Kramat, hubungana antara suatu masa dengan
masa lainnya tidak tampak secara jelas. Bagi penulis ini merupakan tantangan bagi
masa depan Gereja, mengingat adanya kenyataan bahwa semakin banyak orang Kristen
yang telah berpindah agama.
Daftar Pustaka
Bekker , A. Ajaran Iman Katolik. Jilid 1.2.
Yogyakarata: Kanisius, 1998.
Tarigan, Jacobus. Ritus Kehidupan. Jakarta: Cahaya Pineleng, 2011.
Wellem, F.D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Yernold, Edward. The Awe-Inspiring Rites of Initiation: The Origins of the RCIA. Great Britian: Cromwell Press, 1994.
PWI-Liturgi. Inisiasi Kristen. Ende: Arnoldus,1977.
http://montrealccc.info/2012/05/the-awe-inspiring-rites-of-initiation/.
[i] PWI-Liturgi, Inisiasi Kristen (Ende: Arnoldus,1977), hlm. 7.
[ii] PWI-Liturgi, hlm. 8.
[iii] Jacobus Tarigan, Ritus Kehidupan (Jakarta: Cahaya
Pineleng, 2011), hlm. 33.
[iv] Disarikan dari buku Inisiasi Kristen dan Ajaran Iman Katolik.
[v] PWI-Liturgi, hlm. 17.
[vi] Pokok-pokok materi pembinaan
katekumen di Paroki Hati Kudus Kramat, yaitu Wahyu Allah di dalam Kitab
Kejadian, Manusia jatuh ke dalam dosa, Allah memanggil Abraham, Ishak, dan
Yakub, Yusuf penyelamat kelaurga,
Pembebasan Israel, Kembali ke tanah terjanji, Israel menetap di Kanaan,
Keruntuhan Kerajaan Israel, Kembali dari pembuangan di Babel, Kabar Gembira Perjanjian
Baru, Peristiwa-peristiwa menjelang kelahiran Yesus, Kelahiran Yesus dan masa
kanak-kanak-Nya, Kehidupan Yesus di depan umum, Mengenal Yesus, Yesus guru dan
nabi, Yesus bergaul dengan segala lapisan masyarakat, Yesus dan doa, Dialah
Kristus-Mesias, Yesus sang penebus, Pemberitaan sengsara Yesus, Sengsara dan
wafat Yesus, Kebangkitan dan kenaikan ke surga, Yesus: Allah Manusia, peristiwa
Pentekosta, Persekutuan Yesus yang Mulia dengan Gereja, Arti dan peranan
sakramen-sakramen, Yesus Kristus sakramen bagi Gereja, Gereja sebagai sakramen
umum, Sakramen Permandian, Sakramen Krisma, Sakramen Ekaristi, Ssakramen Tobat,
Sakramen Imamat, Sakramen Pernikahan, Cara hidup orang Kristen, Hidup membiara,
Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Kematian dan pengadilan pribadi, Parousia dan
Pengadilan Terakhir, Kehidupan Kekal, Maria Bunda orang beriman, Tritunggal
Mahakudus. Ke-42 tema tersebut berdasarkan buku pegangan karangan A. Bekker, Ajaran Iman Katolik, jilid 1 dan 2
(Yogyakarata: Kanisius, 1998).
[vii] Edward Yernold, The Awe-Inspiring Rites of Initiation: The Origins of the RCIA (Great Britian: Cromwell Press, 1994), pp. 98-149.
[viii] http://montrealccc.info/2012/05/the-awe-inspiring-rites-of-initiation/
[ix] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar